Monday, March 27, 2006

Atlet Renangku


Kenapa sih Hafizh nggak mau les berenang?
Aku nggak mau les, Bu... aku maunya main-main aja.

Padahal Ibunya pengen banget Hafizh cepat pintar berenang, tapi ngerayu Hafizh untuk belajar berenang privat belum berhasil juga. Suka gemes kalo pagi-pagi nemenin Hafizh berenang di sport club komplek kita, ngeliat anak2 yang lagi les renang privat rasanya udah pengen aja ndaftarin Hafizh les, tapi kan nggak boleh maksain kemauan ke anak ya, jadi ngerayu-nya pelan-pelan aja deh.
Kayaknya karena sering ngliat yang les privat itu, Hafizh pikir nanti dia nggak bisa main air dengan bebas seperti biasanya.

Image hosting by PhotobucketImage hosting by Photobucket

Sebenarnya Hafizh itu udah 'nyaris' bisa berenang lho. Soalnya dia kan kalo berenang dari kecil selalu pake pelampung lengan (heran nggak pernah mau pake ban renang). Lama-lama dia bisa sendiri menggerakkan kaki-tangan seperti renang gaya bebas, 'berenangnya' lumayan jauh juga, cuma karena belum bisa gerakan kepala untuk mengambil napas jadinya masih berhenti berhenti renangnya.

Foto2 ini diambil hari minggu lalu (26 Maret'06) waktu dek Qila, mbak Fia, dek rifqi, om Ryan & tante Nisa main ke rumah Hafizh. Trus rame-rame berenang deh, seru banget. Tapi Hafizh kok ngumpet di pojokan siih...

Image hosting by Photobucket

previous comments

Friday, March 24, 2006

Laskar Pelangi

Image hosting by Photobucket


Udah lama pengen cerita tentang buku ini, aku bacanya di awal februari lalu. Bukunya beli, alias nggak minjem dari reading room kantor seperti biasanya, karena memang rekomendasi dari rekan pengurus reading room untuk beli buku ini, jangan pinjam. Kebetulan mau ada semacam acara jumpa penulis dengan penerbit & penulis buku ini, jadi ditawarin beli buku yang bertandatangan Andrea Hirata, penulisnya. Jadi tanpa bekal tau apapun tentang buku maupun penulisnya, aku setuju aja untuk beli. Memang udah beberapa kali kejadian begini, abis buku2 yang direkomendasikan bagus biasanya susah ditemukan di reading room karena terus-terusan dipinjam orang.

Ternyata memang nggak nyesel kok beli buku ini, aku udah dua kali tamat bacanya :-). Kayaknya aku ‘jatuh cinta’ sama Andrea Hirata. Setelah sekian lama terbiasa dengan alur dan gaya bahasa chicklit, buku ini jadi angin yang segaar banget. Sering aku termenung menerawang setelah membaca salah satu bab-nya sebelum lanjut ke bab berikutnya.

Biasanya aku teringat sama sekolah dasarku dikampung halaman dan masa-masa aku sekolah disana, walaupun kondisinya jauh lebih baik (karena sekolah negri kan masih dapat subsidi pemerintah) daripada sekolah kampungnya Laskar Pelangi yang bisa benar-benar ada hanya karena cinta dan pengabdian guru-gurunya.

Atau biasanya aku terus membayangkan indahnya pohon fillicium yang menaungi atap sekolah kampung, apalagi ketika pelangi tiba dan membayangkan sepuluh murid menduduki singgasananya masing-masing di dahan pohon menikmati pelangi. Pantas saja sang ibunda guru menamai mereka Laskar Pelangi.

Aku bisa tertawa terbahak-bahak ketika Andrea bercerita tentang suasana pelajaran kesenian sebelum ‘ditemukannya’ bakat Mahar sang seniman kampung belitong. Aku tertawa lebih karena kondisi kelas persis seperti pelajaran kesenian di sekolah-ku dulu.

Aku bisa ikutan bersemangat di bab tentang lomba kecerdasan se-belitong dimana untuk pertama kalinya sekolah kampung dengan kesederhanaannya ikutan sebagai peserta lomba dan berhasil menang telak menjadi juara.

Aku bisa nyaris menangis ketika Laskar Pelangi bersedih kehilangan si jenius Lintang yang harus berhenti sekolah tepat empat bulan sebelum ujian akhir smp dimulai.

Andrea Hirata, yang baru pertama kali menulis novel, mampu menjungkir balik perasaanku dengan bahasanya yang khas, melayu bangeet. Aku menanti novel berikutnya.

previous comment

Saturday, March 18, 2006

Sakitku


Sakit selalu mengajariku hal penting untuk selalu, tidak boleh lupa, bersyukur atas segala nikmat Allah.

Baru sadar betapa nikmatnya bisa tidur dengan nyenyak ketika mengalami kesulitan tidur karena batuk yang luar biasa.

Baru sadar betapa nikmatnya bisa berbaring telentang ketika mengalami hanya bisa tidur dengan posisi duduk.

Baru sadar betapa nikmatnya bernapas dengan leluasa ketika mengalami sesak napas yang hebat.

Semoga sakit ini sesungguhnya adalah penggugur dosa-dosaku apabila aku ikhlas menjalaninya.




---------------------------------------------

Tuhanku
dalam pasrahku, kepadaMu ingin kuberikan
lebih dari yang Kau inginkan
namun Engkau terlalu besar dan mulia
untuk ingin
dan aku hanya sebutir angin
tak bisa kutandingi kasih-Mu padaku, Tuhanku
tapi tak kupunyai lagi pasrah yang lain.

(Emha Ainun Najib)


---------------------------------------------

Friday, March 17, 2006

Me - You = Blue


Me minus you equal blue.

Judul lagu jaman awal 90an, yang gombal banget isinya. Tapi ternyata benar-benar kejadian menimpaku. Haha... aku benar-benar kehilangan separuh nyawa kalo Mas Ipung lagi jauh. Biasanya Mas kalo tugas kantor ke luar nggak pernah lama, yang udah-udah paling juga 3 malam. Dan itu udah cukup membuatku linglung, merasa aneh sendiri, ada yang kurang, pokoknya feeling blue abis deh. Untung ada Hafizh yang sekarang udah bisa banget diajak curhat. Kalo aku bilang; aku lagi kangen nih sama Ayah, nanti dia akan peluk aku -sok dewasa- ‘bentar lagi juga Ayah pulang, Bu’. Sebelum tidur juga dia nggak lupa ajak Ibunya menyisipkan doa untuk Ayahnya supaya cepat pulang dan pesawat Ayah bisa mendarat dengan lancar :-)

Tapi kali ini Mas harus ke Aussie selama 6 hari, huaa...lama banget, jauh pula, jadi nggak bisa sering-sering telpon (yang sering ditinggal lama sama suaminya pasti sebel deh baca tulisanku ini, hihi maaf ya). Akibatnya bukan hanya hati dan pikiranku yang feeling blue, tapi badanku juga langsung drop total. Baru ditinggal 2 malam, batuk pilek-ku yang baru satu minggu hilang (setelah 3 minggu terus menerus pilek, hiks) langsung nongol lagi. Kali ini pakai sesak napas hebat, sampai dokter Waluyo mem-vonis Asma bawaanku muncul.

Huhu... I really miss Mas Ipung. Cengeng dan manja banget ya daku ini, tapi sungguh rasanya sedih banget ngelewatin semuanya sendirian aja. Udah ketergantungan nih tampaknya. Alhasil selama Mas belum kembali aku juga cuma bed rest aja dirumah. Hafizh yang paling senang karena Ibunya selalu ada di rumah walaupun cuma tiduran melulu di kamar.

Mas kangen aku juga nggak ya? :-p