Thursday, March 29, 2007

Bagai Manusia?


Benar nggak sih tumbuh2an itu punya perasaan kayak manusia? Memang sih tumbuh2an kalau dirawat dengan penuh kasih sayang, dia akan tumbuh subur dan indah. Tapi maksud saya, apakah mereka juga mengerti kalau diajak bicara? punya perasaan sedih, marah atau bahagia?

Pernah baca di salah satu novelnya Sidney Sheldon (lupa yg mana), bahwa ada suatu penelitian tentang hal ini. Cara menelitinya dengan menempelkan suatu alat yg dihubungkan dengan pencatat grafik pada tubuh suatu tumbuhan. Ketika si tumbuhan diajak bicara dengan manis & dipuji-puji, si grafik bergerak perlahan dengan stabil. Selang beberapa waktu, diuji kembali dengan memaki-maki dan mencela si tumbuhan. Ajaib, grafik pun bereaksi keras, garis2 pencatatnya berubah dengan kontras selama proses pengujian berlangsung. Masalahnya, saya nggak tahu apakah om Sheldon ini berimajinasi atau memang pernah ada penelitian seperti itu.

Ibu kost saya dulu melarang keras anak2 kost-nya memetik buah belimbing
yang masih muda di depan rumah, apalagi untuk dirujak. Alasannya? nanti buah-buah berikutnya jadi asam. Nggak masuk akal ya, gimana anak2
kost-nya yang bandel ini mau menurut. Ngrujak belimbing diam-diam itu
enak loh :). Tapi bertahun-tahun kami disana, memang belum pernah buah belimbing itu jadi manis. Apa itu gara2 sering dipetik muda dan dirujak?

Pohon mangga di depan rumah ibu saya di Lampung adalah pohon berbuah lebat yang pernah saya kenal. Sejak pertama kali berbuah lebih dari 10 tahun yg lalu, selalu membuat banyak orang senang. Setiap musim mangga, semua tetangga dekat kebagian buahnya yang memang banyaak sekali. Kalau ada orang lewat yang gak tahan meminta buahnya dipersilahkan oleh ibu saya untuk memanjat sendiri pohonnya. Pernah satu dahannya roboh ke jalan raya karena terlalu banyak buah yang bergantungan.

Hampir setiap musim mangga juga ibu saya mendapat tawaran dari pedagang buah untuk menjual buah mangga secara borongan. Semua tawaran itu selalu ditolak. Sampai dua musim mangga yang lalu, Ibu saya mulai tergoda tawaran itu. Bukan karena uangnya, tapi karena Ibu saya mulai bingung cara mengunduh si buah mangga secara anak-anaknya sudah beredar kemana-mana, gak ada yang disuruh manjat :). Dengan syarat semua tetangga sudah kebagian mangga, maka dipetiklah semua buah mangga yang manis itu oleh si pedagang mangga.

Masalah selesai, tapi lihatlah pada musim mangga berikutnya (iya pas puasa tahun lalu). Pohon mangga tercinta mogok berbuah. Asli nggak satu pun buahnya nongol. Aneh rasanya tahun itu nggak dapet kiriman mangga dari Lampung. Apa pohon mangga itu tersinggung karena kemarin buahnya dijual?

Sekarang, ada sebatang pohon mangga juga di depan rumah saya. Bibitnya dibawa langsung dari pasuruan, titipan dari kakak saya yang waktu itu tinggal disana. Tiga tahun yang lalu waktu baru ditanam, tingginya hanya sekitar 75cm dengan daun yang hanya beberapa helai saja. Sekarang tingginya sudah kira-kira 3m, rindang daunnya dan sudah bisa dipanjat sama mas Hafizh.

Beberapa bulan yang lalu kakak perempuan saya -si pengirim bibit- datang ke Sawangan. Dia heran sekali melihat buah mangga saya ini, meskipun tumbuh sehat tapi belum juga berbuah. Padahal teman2 seangkatannya semua sudah berbuah lebat di usia 2 tahun. FYI, kakak saya ini menyebarkan bibit mangga ke semua saudara2nya di penjuru nusantara :p. Cuma di rumah saya si mangga ini belum berbuah. Padahal buahnya sangat manis, mangga madu asli pasuruan.

Dua hari di rumah saya, kakak saya itu bertindak. Sambil membuat luka di batang pohon mangga sampai getahnya keluar dia asyik ngobrol dengan si pohon, kira2 gini: Ayo dong kamu berbuah, jangan malas, tahun depan kalau saya kesini lagi kamu harus sudah berbuah yaa...

Aneh nggak sih? Saya dari balik jendela cuma cekikikan melihatnya. Kalau soal membuat luka di batang pohon saya sedikit mengerti karena memang pernah diajari oleh insinyur pertanian dari Lampung :p (hei.. saya punya 2 kakak & 2 ipar insinyur pertanian loh, pohon mangga ibu saya tadi sering disuntik juga kalau 'sakit'). Tapi teori bicara pada pohon yang baru saya tau dari om Sheldon, ternyata juga dipraktekkan disini.

Believe it or not, sebulan setelah kakak saya kembali ke negeri asalnya :p, pohon mangga saya berbunga pada satu dahannya. Kebetulan?
Sayang bunga2 itu rontok waktu hujan lebat mengguyur. Tapi sejak saat itu si pohon mangga terus berbunga walau hanya di satu dua pucuk dahan lalu rontok kembali saat hujan. Sekarang, musim mangga sudah jauh berlalu, tiba2 pohon mangga saya berbunga banyak sekali. Dihitung ada sepuluh pucuk dahan yang berbunga. Semoga kali ini sebagian bunga2 itu bisa bertahan di dahannya.

Diam-diam saya jadi sering bicara pada bunga di pucuk dahan terendah: ayo kamu kuat ya, jangan rontok lagi... Haha...



8 previous comments

Tuesday, March 27, 2007

Marah


Belum pernah cerita tentang mas Hafizh kalo lagi marah nih. Syereeem deh:). Ceritanya hari minggu malam kemarin kita ke Carefour untuk menukar lemari yang kita beli sehari sebelumnya (soalnya bahan rakitannya gak lengkap). Mas Hafizh memang semangat kalo diajak ke mall atau hypermart gitu, abis memang jarang diajak ke tempat2 itu sih.

Karena siangnya mas Hafizh gak berhenti bermain dan gak tidur siang, makanya gak lama mobil meluncur ke jalan raya, mas Hafizh juga sudah 'berlayar' dengan lelap. Sampai di parkiran Carefour mas Hafizh nggak juga bangun walaupun kita gedubrakan :). Jadi kita putuskan Ibu dan anak-anak tetap di mobil menunggu Ayah yang menukar barang.

Biasanya mas Hafizh kalo sudah tidur di mobil, sampai digendong ke tempat tidur juga nggak bangun. Tapi malam itu waktu kita sampai di gerbang komplek tiba-tiba mas Hafizh bangun sambil bingung, loh kita mau kemana Yah?.
Ayah-Ibu berpandangan, yaa alamat ngamuk deh nih anak :). Benar deh, mas Hafizh marah besar.

Marahnya mas Hafizh itu bukan berteriak-teriak kencang atau menangis keras. Tapi diam sambil wajahnya merah padam dan ditekuk berlapis tujuh (hiperbola). Kalau diajak bicara baru ngomong menyentak. Nggak bisa disentuh atau dibelai, pasti juga disentak. Pokoknya serem ih. Tapi lucunya, mas Hafizh itu gak bisa dicuekin, semua orang harus tau kalau dia lagi marah.

Karena dicuekin (Ibu menyusui adek dulu), mas Hafizh menghempaskan badannya ke sebelah Ibu. Menyentak- nyentakan kakinya ke tempat tidur, melemparkan guling, pokoknya membuat suara-suara mencari perhatian gitu deh. Selesai menyusui adek, baru Ibu tanya mas Hafizh;

+ mas kesel banget ya sama ayah ibu
~ (mengangguk, sambil pasang muka kenceng, menolak dipeluk)
+ maafin ayah ibu ya mas...
~ (menggeleng kuat)
+ gak mau maafin nih?
~ mas masih marah!

Akhirnya Ibu tinggal mas Hafizh di kamar, si Ayah mah anteng aja nonton tv (percuma ikut campur, mas Hafizh maunya diladenin Ibu :p). Ibu ke kamar mandi, beres-beres menjelang tidur. Eh ada yang menggedor kamar mandi. Pintu dibuka, mas Hafizh (dengan muka berlipat, kedua alis bertaut, mata melotot, bibir manyuuun) di depan pintu.

+ eh mas Hafizh...., mau sikat gigi mas? (tetap dg nada semanis madu)
~ (menggeleng kuat)
+ mau pipis?
~ (menggeleng kuat) mas marah banget!
+ oo... ya udah, tapi jangan lama-lama yaa..
~ (suara melunak) kalau mas marah Ibu tetap sayang kan?
+ iya dong cintakuuu... Ibu selalu sayang mas Hafizh.
~ (suara mengencang lagi) ya udah, mas mau marah sampai besok pagi! (langsung kabur ke kamar)

Hihi... mas Hafizh lucu deh, mau marah aja kok nanya dulu. Sebenarnya kalau kita juga berbalik marah ke dia, dia juga bakal berbalik merayu kita loh. Mas Hafizh itu paling takut kalau Ibu marah. Padahal Ibu kalau marah juga cuma diam aja, tapi ya itu, dia paling gak tahan dicuekin aja sama ibu. Tapi sekarang Ibu mau meladeni kemarahan mas Hafizh, soalnya kali ini dia memang layak untuk marah kan.

Ibu ikuti mas Hafizh ke kamar:
+ maas... jangan sampai besok dong marahnyaa..
~ biarin!
+ yaa...maafin ibu dong, ibu jadi sedih niih...
~ biarin!
+ kasih tau dong besok kalau begitu lagi ibu harus gimana?
~ ya mas dibangunin!
+ kalau banguninnya susah gimana?
~ ya digendong!
+ siapa yang gendong? Ayah bawa kardus lemari, Ibu gendong adek kan?
~ (diam, tapi sudah mau dibelai kepalanya)
+ Ibu & adek juga gak turun nungguin mas, karena Ibu sayang sama mas
~ (diam, tapi mukanya sudah melunak)
+ Ibu janji deh, besok2 ibu bakal paksa aja mas bangun, gitu?
~ (mengangguk pelan)
+ jadi ayah ibu dimaafin kan?
~ (mengangguk sambil peluk ibu)
+ makasih ya maas... (berpelukaaan)
~ aku sayang ibu, huhu... (loh malah nangis)

Begitulah, malam itu semua berakhir dengan damai. Gampang kan menghandle mas Hafizh kalau marah, cukup diakui aja kemarahannya, setulus hati minta maaf, pasti dia langsung lumer :).

Ah, anak Ibu...



7 previous comments

Friday, March 23, 2007

cinta sejati


Engkaulah alasan semua kehidupan ini
Engkaulah penjelasan atas semua kehidupan ini
perasaan ini datang dariMu
semua perasaan itu juga akan kembali kepadaMu
kami hanya menerima titipan
dan semua itu ada sungguh karenaMu

katakanlah wahai semua pecinta di dunia
katakanlah ikrar cinta itu hanya karenaNya
katakanlah semua kerinduan itu hanya karena Allah
Katakanlah semua getar-rasa itu hanya karena Allah

dan semoga Allah yang maha men-cinta,
yang menciptakan dunia dengan kasih-sayang
mengajarkan kita tentang cinta sejati

semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita
untuk merasakan hakikatnya
semoga Allah sungguh memberikan kesempatan kepada kita
untuk memandang wajahNya
wajah yang akan membuat semua cinta dunia
layu bagai kecambah yang tidak pernah tumbuh
layu bagai api yang tidak pernah panas membakar
layu bagai sebongkah es yang tidak membeku.

(disadur dari novel Tere Liye: hafalan shalat delisa)




6 previous comments

Thursday, March 22, 2007

Sembuh




Alhamdulillah, Haqqi sudah selesai terapi sejak hari minggu yang lalu. Kata dokter, slam yang membandel itu sudah nggak ada lagi.
Senangnyaa.... Langsung deh divaksin HiB2 yang sudah tertunda dua minggu. Tinggal masa-masa pembalasan dendam mengembalikan berat badan ya dek.

Haqqi sekarang lagi belajar merangkak. Kalau merayap sih udah jago deh! *ular kalee...*


Lagi belajar berdiri juga, trus maunya dititah keliling rumah. Berdiri sambil pegangan dengan satu tangan juga sudah bisa tuh.

Ayo dek, terus berlatih yaa.. :)




7 previous comments

Friday, March 16, 2007

Ayah Hebat!


Dulu banget, kira-kira 25 tahun yang lalu waktu kelas satu SD, saya pernah divonis kena penyakit paru-paru basah oleh dokter. Penyembuhannya harus melalui injeksi satu kali sehari selama 30 hari. Iya 30 hari!. Setiap jam 9 pagi harus disuntik selama sebulan penuh gak boleh enggak.

Jadi waktu itu setiap hari almarhum ayah saya ‘menculik' saya dari sekolah untuk
dibawa ke rumah sakit dengan vespa kesayangannya. Setelah selesai disuntik saya ‘dikembalikan' lagi ke kelas dalam tempo tidak lebih dari satu jam mata
pelajaran. Begitu terus setiap hari kecuali hari minggu.


Ibu saya yang punya keterbatasan mobilitas :) mempercayakan wewenang itu secara penuh kepada ayah saya. Sampai saat ini saya masih ingat masa-masa itu. Setiap hari saya masuk ke ruangan suntik yang menyeramkan (setidaknya bagi anak usia 6 tahun seperti saya). Kadang melalui bujuk rayu dulu dari ayah saya kalau saya tiba-tiba ngambek karena kesal dan bosan.

Adegannya selalu begini; ayah saya duduk disebuah kursi dan saya berdiri sambil memeluk badannya dengan erat, memejamkan mata, siap menunggu suster datang membawa jarum suntik. Lalu suster bertanya "kemarin sebelah mana ya?" kalau ayah saya jawab "kanan" maka jarum suntik akan menancap di -maaf- pantat kiri saya. Huaa... dalam bayangan saya waktu itu, pasti bagian belakang tubuh saya itu penuh dengan lubang-lubang bekas suntikan :D.

Bayangkan senangnya saya ketika hari ke-30 tiba. Dan bayangkan betapa sedihnya saya ketika dokter bilang kalau suntikan harus ditambah 15 kali lagi setiap dua hari sekali!.

Rasanya belaian sayang ayah saya dikepala setiap kali acara rutin itu berlangsung masih sangat terasa. Sekaan air di pelupuk mata kalau saya menangis juga masih terasa. Kadang ada permen atau snack-snack kecil diselipkan disaku seragam saya sebelum saya kembali ke kelas. Semua nggak akan bisa dilupakan. (ahh.. miss you so much Pap!).

Sekarang, hal yang hampir serupa terjadi lagi. Sudah seminggu ini Haqqi setiap hari terapi ke rumah sakit diantar oleh ayahnya. Sama seperti ibu saya dulu,
keterbatasan mobilitas memaksa saya memberikan wewenang itu kepada suami saya :). Setiap jam istirahat kantor, suami saya pasti ada di rumah sakit bersama Haqqi (ditemani mbak Siti) menuntaskan terapi, mengantarkan Haqqi kembali ke rumah, lalu kembali lagi ke kantornya.

Awalnya jangan ditanya betapa khawatirnya saya ‘melepaskan' bayi delapan bulan itu ke tangan ayahnya. Soalnya sebelumnya Haqqi selalu diterapi di pangkuan saya, menangis dan meronta dalam pelukan saya. Ada rasa khawatir (dan ge-er) kalau orang lain nggak akan bisa menenangkannya sebaik saya :p.

Tapi Alhamdulillah semua berjalan baik. Suami saya mampu menghandle Haqqi, dan semua terapi selama seminggu ini berlangsung dengan sukses. Terakhir saya dengar cerita, Haqqi tertidur lelap dipangkuan ayahnya diparuh akhir waktu terapi.

Ternyata saya bisa mempercayai suami saya! :). Mungkin sama seperti ibu saya sangat percaya pada ayah saya waktu itu.

Kalau saya masih sangat ingat kenangan di kelas satu SD itu, mungkin Haqqi masih belum bisa menyimpan kenangan ini dalam ingatannya. Tapi kelak Haqqi juga akan tau kalau dia -sama seperti ibunya- punya seorang ayah yang sangat hebat. :)


11 previous comments

Wednesday, March 14, 2007

Ke Dokter Gigi


Ini cerita yang sudah seminggu lebih terlewatkan. Ibu kecolongan. Gimana enggak, satu gigi dewasa Hafizh sudah tumbuh nyaris separuh badan gigi tanpa ketahuan. Terakhir Ibu periksa memang belum ada giginya yang goyang. Rupanya saat gigi bawahnya baru muncul dibelakang gigi susunya, Hafizh nggak berani bilang ke Ibu. Harap maklum, biar kata jagoan, Hafizh itu paling takut sama dokter dan jarum suntik. Waktu ketahuan, dia ngeles; kan pesannya bilang ke Ibu kalo giginya mulai ada yang goyang. Hehe, memang benar sih, gigi susunya itu memang belum goyang walaupun calon penggantinya sudah nongol dibawahnya.

Waktu dibilang mau ke dokter gigi, Hafizh nyaris menangis ketakutan. Wah, perlu bujuk-rayu-penuh-puja-puji pokoknya. Makanya kita nggak mau sembarang ke dokter gigi, harus cari dokter gigi yang 'children-friendly'. Pengalaman pertama harus berkesan baik supaya dia nggak kapok.


Akhirnya kita 'nemu' dokter di Klinik Anakku Cinere. Hari Minggu, 3 Maret, yang lalu kita kesana. Alhamdulillah, dokternya baik banget. Hafizh suka. Waktu baru masuk Hafizh diajak ngobrol dulu sama drg. Prita. Ayah Ibu cuma melihat saja mereka berdua asyik ngobrol. Hafizh naik sendiri ke kursi periksa. Sebelum dipasangkan 'celemek' Hafizh bilang ke bu dokter; nanti nyabut gigiku pake cara yang nggak sakit ya dok. Bu dokternya jawab: sipp!.

Prosesnya nggak lama, bahkan Hafizh sendiri nggak sadar kalo bu dokter mau mencabut giginya. Tiba-tiba aja dia meringis. Rupanya giginya sudah selesai dicabut. Terus langsung nyengir deh. Alhamdulillah.
Setelah selesai Hafizh disuruh pilih hadiah mobil-mobilan kecil, wah tambah senang dia :).

Ternyata gigi dewasanya Hafizh itu tumbuh tidak persis dibawah akar gigi susunya, jadi dia nggak mendorong si gigi susu untuk tanggal. Akibatnya si gigi dewasa tumbuh agak melenceng ke dalam. Tapi insyaAllah nanti dia akan menempati ruang gigi susu yang sudah dicabut. Makanya gigi-gigi susu Hafizh yang lain sudah dijadwalkan untuk dicabut tanpa menunggu goyang terlebih dulu. Hafizh juga sudah nggak keberatan kembali ke dokter gigi bulan depan :).

Hafizh dengan bangga memamerkan gigi barunya ke semua orang. Lucunya, karena sudah tumbuh gigi baru, nggak banyak yang ngeh saat Hafizh memamerkan deretan giginya, soalnya nggak kelihatan ompong sih. Hihi..

Tuesday, March 13, 2007

Pentas Lagi


Hari minggu 11 Maret kemarin mas Hafizh pidato lagi bareng teman-teman mewakili sekolahnya di acara pentas cilik sekota Depok di Depok Town Square. Ceritanya mas Hafizh (bergantian dengan temannya Wulan & Irbah) membuka penampilan tari dari 8 teman-teman yang lain, dengan pidato tiga bahasa. Seperti pentas muharam kemarin juga, mas Hafizh kebagian pidato bahasa arab.

Pidatonya hanya separuh pidato yang lalu tapi berbeda isinya karena eventnya juga berbeda. Bunda guru kasih kabarnya sangat mendadak (mungkin karena undangannya juga mendadak ya). Hari jumat mas Hafizh baru dikasih text hapalannya. Sementara Ibu masih ribet sama urusan dek Haqqi. Alhasil hari Sabtu malam menjelang tidur mas Hafizh baru menghapalkan pidatonya.

Ayah Ibu sama sekali nggak mau memaksakan mas Hafizh menghapal. Pilihan kita serahkan pada pelakunya sendiri :), kalau nggak mau manggung nggak papa biar Ibu segera telpon ke Bunda (untuk membatalkan penampilan Hafizh) tapi kalau memang mau manggung mas Hafizh harus serius menghapalkan pidatonya malam ini. Mas Hafizh memutuskan untuk ikut acara itu. Ayah-Ibu senang juga dengan keputusan Hafizh, sebab acara seperti ini sepertinya perlu untuk mengasah keberanian berbicara dan tampil di depan umum, biar nggak pemalu kayak Ayah-Ibunya :D.

Akhirnya malam itu mas Hafizh nggak tidur sebelum hapal seluruh isi pidatonya. Bangun tidur juga yang pertama dilakukan adalah mengulang hapalannya :). Anak Ibu memang jagoan deh!.



Wulan (bhs Inggris), Hafizh (bhs arab) dan Irbah (bhs Indonesia)
sebelum maju satu persatu membuka persembahan tari dari TK Alhamidiyah



Karena dek Haqqi sudah jauh membaik kondisinya, Ibu ikuti permintaan mas Hafizh untuk menemaninya pergi ke acara. Bareng rombongan sekolah kita berangkat ke DETOS. Disana ketemu sama mbak Lilik yang Shafa-nya juga tampil mewakili sekolahnya (sayang kita nggak bisa ngobrol ya mbak, aku harus segera pulang, kasian dek Haqqi ditinggal).

Alhamdulillah penampilan mas Hafizh berjalan lancar. Hari ini mas Hafizh gembira sekali, sejak sebelum acara dimulai gak berhenti bermain dan bercanda dengan teman-temannya. Saat manggung juga kelihatan exciting, nggak gentar sama sekali melihat audience di depan panggung (mudah2an seterusnya jadi anak yang pede ya Mas).


Yang jelas kali ini Ibu sudah lebih percaya sama mas Hafizh, jadi nggak terlalu senewen lagi kalau mas Hafizh manggung:).



5 previous comments

Sunday, March 11, 2007

What a Days!



Kamis-Jumat 1-2 Maret, Hafizh dan Haqqi demam tinggi dan muncul batuk pilek. Ibu sudah mulai nggak ngantor. Kalau Hafizh seperti biasa, Alhamdulillah nggak diobatin apa-apa sering sembuh sendiri demamnya. Ternyata beda dengan Haqqi, demamnya selalu tinggi diatas 38,5 derajat, habis minum parasetamol turun sedikit tapi trus naik lagi, begitu terus.

Sabtu 3 Maret, demam Hafizh-Haqqi sudah turun. Kita ke klinik Anakku Cinere. Periksa giginya Hafizh (nanti ceritanya menyusul :)). Sekalian juga ke DSA disana untuk periksa batuknya Haqqi. Kata dokter nggak papa, cuma batuk biasa. Dikasih resep antibiotik (yang gak ditebus) dan puyer mucopect+ventolin.

Tapi di rumah Haqqi terus rewel dan mulai mogok makan. Napasnya mulai bunyi grok-grok gitu. Di rumah lagi banyak tamu, mbak Siti tiap sabtu les menjahit, jadi gak ada yang bantu2 di dapur. Jadi Haqqi terus aja digendong sambil nguplek di dapur. Padahal ada pesanan kue yang belum selesai untuk besok pagi. Malamnya Ibu begadang ngedekor kue di dalam kamar, soalnya Haqqi pasti terbangun hampir setiap 15menit sekali. Bayangkan nge-dekor cake dengan lampu remang-remang, ck ck ck, Ibu memang sakti :p. Namanya juga kepepet!

Minggu 4 Maret, Haqqi makin rewel, tamu belum pulang :). Menjelang sore tiba-tiba badannya demam tinggi lagi dan napasnya makin berat dan sesak. Telpon dr. Fajar, katanya lihat sampai besok kalau masih demam periksa darah. Telpon lagi dr. Sandra, katanya kalau rewel segera periksa darah saat itu juga. Akhirnya kita pilih advice dr. Sandra. Jam 4 sore, setelah tamu-tamu pulang, kita langsung ke lab. RSPC untuk periksa darah. Hasilnya kita tunggu di UGD (sambil dokter jaganya terus contact dengan dr. Sandra). Dokter jaga sudah menduga ada radang di paru-paru. Makanya setelah hasil lab bilang kalo trombosit normal tapi leukosit melonjak naik, diputuskan untuk dirontgen (argh, sedih banget deh). Akhirnya Haqqi langsung disuruh menginap, mumpung ada kamar kosong. Bener deh itu rumah sakit asli fully booked, banyak banget yang sakit.


Malam Senin - malam Kamis, 5-7 Maret, Haqqi dan Ibu tidur di rumah sakit. Positif broncho-pneumonia. Ibu nempel terus dengan Haqqi yang nggak mau lagi sama siapa-siapa. Nggak mau minum apa-apa kecuali ASI. Ke kamar mandi, sholat, makan, benar-benar menunggu Haqqi tidur. Kasihan deh mas Hafizh, waktu hari pertama menjelang tidur dia terisak-isak di telpon gak bisa ngomong apa-apa kecuali 'aku sayang ibu'. Hiks Ibu jadi sedih juga Mas.

Selama dirawat Haqqi harus terapi uap dan sinar empat sampai lima kali sehari. Alhamdulillah kemajuannya lumayan cepat, kata dr. Sandra karena tindakannya dimulai sebelum sakitnya terlalu parah.



foto sehabis pasang infus pertama kali,
adek masih bisa nyengir digodain mas Hafizh



Kamis siang 8 Maret
, pulang ke rumah, hore!. Kita makan nasi kuning di rumah. Hafizh senang sekali karena bisa main lagi sama adiknya (dan makan nasi kuning kesukaannya :)). Alhamdulillah, hari ini Haqqi udah jauh membaik kondisinya. Sudah mau ditemani sama mbak Siti atau Ayah. Senyum dan gelak tawanya juga mulai terdengar lagi, meskipun napasnya masih berbunyi. Sekarang insyaAllah tinggal masa pemulihan. Harus rutin terapi ke RS supaya benar-benar tuntas penyakitnya.

Jumat 9 Maret, Ibu mulai ngantor (udah 6 hari euy cuti) tapi pulang siang supaya bisa nganter adek fisioterapi ke RS. Muncul masalah baru hari ini, adek tiba-tiba diare, hiks. Sepanjang siang ada sepuluh kali buang air walaupun jumlahnya sedikit, tapi benar-benar cair dan bercampur makanan yang dimakan sebelumnya dalam bentuk utuh :(.

Sabtu 10 Maret, pagi-pagi sudah ke RS lagi ketemu dr. Sandra untuk periksa diarenya sekaligus fisioterapi. Cuma dikasih Lacto-B dan menghentikan obat yang lagi diminum (tapi diganti pake yang baru). Alhamdulillah hari ini diarenya berkurang. Malam hari sudah nggak diare sama sekali.

Minggu 11 Maret, tempat fisioterapi hari ini tutup, tapi Alhamdulillah matahari pagi hari ini terang sekali, jadi kita terapi alami aja di halaman rumah. Hari ini dek Haqqi kelihatan sudah jauh membaik. Sudah ceria dan mulai lincah lagi. Makannya juga sudah kembali normal seperti semula. Senang deh!. Alhamdulillahirobbil'alamiin.

Terimakasih juga atas doa dari semua tante-tante Haqqi yang baik hati disini, semoga Allah membalas semua kebaikan tante semua.




foto hari minggu sore, masih kurus tapi sudah cerah ceria kembali :)



6 previous comments

Thursday, March 08, 2007

Haqqi-ku Sakit


Akhirnya hari ini bisa buka kompie lagi. Udah seminggu lebih nggak nge-blog, nggak b/w ke rumah teman-teman maya, nggak buka milis, nggak searching resep. Kangen juga.

Haqqi sakit. Empat malam kemarin kami menginap di Hospital Cinere (RSPC). Haqqi kena broncho-pneumonia. Kesulitan mengeluarkan slam membuat radang di paru-parunya. Gak bisa diceritain lagi sedihnya, melihat Haqqi yang biasanya lincah dan ceria berubah jadi lemas dan nggak sumeh lagi. Selama dirawat dua kali selang infus lepas dari tangannya dan berdarah-darah, hiks. Tiga kali sehari Haqqi dinebulasi (diuap) dan dua kali sehari diterapi sinar (apa ya namanya, itu loh yang badannya dihangatkan pake sinar merah). Dari yang awalnya menangis kencang setiap diterapi, sampai akhirnya dia hapal dan pasrah, malah sampai tidur saat diterapi.

Alhamdulillah siang tadi Haqqi sudah pulang ke rumah, meskipun harus tiap hari bolak-balik terapi ke RS untuk menghabiskan slam di paru-parunya. Nanti catatan lengkapnya insyaAllah ditulis disini buat kenang2an :).


Semoga my Haqqi kembali pulih seperti semula.



5 previous comments