Wednesday, February 28, 2007

Duka Kami

Sejak hari senin lalu, hilangnya seorang sahabat dalam menunaikan tugas membuat suasana kantor kami selalu mendung. Kapal Levina I dengan sangat dramatis tenggelam pada saat diliput oleh 20 orang lebih kru jurnalistik. Doa tak putus dipanjatkan agar mas Guntur, kamerawan senior kami yang hilang bersama bangkai kapal yang karam, segera ditemukan. Akhirnya setelah dua hari tim SAR dan juga rekan-rekan dari berbagai media melakukan pencarian tak kenal lelah, selasa sore kemarin jenazah beliau ditemukan di perairan sekitar 2-3 mil dari karamnya kapal, berbarengan dengan acara doa bersama yang sudah disiapkan oleh rekan-rekan dikantor.

Pagi ini, sebelum dikebumikan jenazah sempat dishalatkan di kantor kami, tempat selama 11 tahun sahabat kami itu mendedikasikan hidupnya. Setelah itu dilakukan upacara penghormatan untuk terakhir kalinya. Ratusan orang mengantarnya ke pemakaman, sahabat dan kerabat, bahkan orang-orang yang tidak pernah mengenalnya sekalipun. Rasanya air mata ini sulit dibendung. Terutama melihat istri dan ketiga buah hati almarhum yang begitu berduka.

Mohammad Guntur, sosok yang santun dan rendah hati, meninggal saat bertugas, dalam tanggungjawabnya sebagai kamerawan yang baik. Kamera yang sehari-hari selalu menemani dalam bertugas bagi seorang kamerawan merupakan belahan jiwa, yang akan selalu dijaga meski menyabung nyawa. Dan itulah yang terjadi, dia pergi sambil menjaga kamera dalam pelukannya. Mungkin orang lain akan sulit mengerti, tapi kami sangat mengerti, bagi mas Guntur hal itu berarti menjaga amanah dalam tugasnya. Diketahui setelah beliau pergi, ternyata selama ini beliau mengkliping semua form permintaan peminjaman kamera selama ia bekerja dengan rapi dirumahnya. Itu menunjukkan bahwa beliau selalu meminjam kamera dalam keadaan baik dan berusaha mengembalikannya dalam keadaan baik pula.

Tidak ingin mengeluhkan keprihatinan terhadap kepedulian atas keselamatan penumpang dalam dunia transportasi di negara ini. Tapi semoga kepergian mas Guntur, dapat sedikit saja membuat kita semua lebih aware terhadap keselamatan diri selama perjalanan, baik di udara, darat maupun laut.

Selamat jalan mas Guntur, semangat dan dedikasimu akan selalu menjadi tauladan bagi semua rekan sejawatmu.
Semoga engkau mendapat kemuliaan disisiNya.





Tuesday, February 27, 2007

ananda



ananda...
hadirmu menjelma cahaya
berpendar kilaukan terang ruangku
tangis tawamu menjelma nyanyian
mengalun merayu mengusik ujung rindu


ananda...
kirimanNya memang istimewa
seujung kuku tak pernah terduga
bahwa ada cinta sedemikian rupa
mampu menjajah rasa

ananda...
doa ibunda tak henti mengiringi
dalam lelap kalian malam ini
agar semua indah mimpi
esok nyata berwujud sejati


hafizh-haqqi
ibu sayang kalian, sangat!


4 previous comments



Monday, February 26, 2007

Gashuku


Gashuku ranting/dojo karate wilayah depok dan sekitarnya
Kampus UI Depok, Minggu 18 February 2007


gashuku = latihan bersama
juga sebagai salah satu syarat ujian kenaikan tingkat (pengambilan sabuk berwarna)



5 previous comments

Thursday, February 22, 2007

Oleh-oleh


Seperti biasa setiap mas Ipung keluar kota, biarpun cuma dua hari, maka hidupku akan berantakan (hiperbola.mode.on). Dua hari harus berangkat ngantor lebih pagi dan sampai ke rumahpun lebih malam karena harus jalan sendiri. Melewatkan 'mengantar' Hafizh sampai jemputannya dan melewatkan jam sarapannya Haqqi. Waktu bermain dengan anak-anak di malam hari jadi berkurang. Malah waktu hari pertama, Haqqi sudah bobo waktu aku pulang :(.

Belum rasa aneh saat menjelang tidur, ah susah dijelaskan, tapi rasanya aneh banget kalo nggak ada beliau itu disisiku. Katanya sih yang disana juga nggak enak tidurnya :).

Sekarang semua sudah kembali normal karena beliau itu sudah kembali. Alhamdulillah. Dari Bontang bawa oleh-oleh kepiting. 4 ekor kepiting ukuran lumayan besar yang sudah matang plus saos padang yang dibuat terpisah. Kata Hafizh; mmm... maknyus!. Tiga buah capit raksasa, spesial menjadi jatah Hafizh. Ugh, kebayar deh kekacauan selama dua hari kemarin :D. Rasanya sudah bertahun-tahun nggak makan kepiting, sampai sudah lupa kapan terakhir kali makan kepiting seenak ini. Saos padang yang dibawa mas Ipung ini rasanya juara!

Tengkyu ya darling! Tapi teteup, jangan sering-sering dinas luar :).


Kata mas Ipung, waktu di Bontang dia juga makan kepiting banyak banget bareng rekanan2nya, tapi rasanya gak seenak waktu makan (oleh-olehnya sendiri) di rumah. Yup, makanan seenak apapun diluar rumah memang gak pernah selezat kalau kita nikmatin bareng orang-orang yang kita sayangi, iya kan Yah? :).



7 previous comments

Friday, February 16, 2007

Children of Jannah


Children of jannah adalah nama dari taman pendidikan alQuran (TPA) yang ada di masjid sektor kami. Namanya bagus sekali. TPA ini berdiri sekitar setahun yang lalu, tapi diberi nama seindah ini baru beberapa bulan terakhir, bersamaan dengan perombakan ‘kurikulum' TPA. Sejak itu pula mulai berlaku system raport per semester. Buku rapotnya persis seperti rapot anak sekolah. Isinya tentang
penilaian santri selama semester itu meliputi penilaian prestasi mengaji, bacaan sholat, doa-doa, surat-surat pendek juga akhlak sehari-hari. Ada ujian juga disetiap akhir semester.

Buat kami hal ini sungguh luar biasa. TPA yang iuran bulanannya juga ‘cuma' dua puluh ribu, tapi pengelolaannya benar-benar serius.

Perkenalan Hafizh dengan mengaji

Hafizh mulai belajar mengaji (di usia 4 tahun) lewat seorang ustad yang datang ke salah satu rumah di sektor kami. Belajarnya rame-rame, kira-kira ada lima orang anak. Dalam perkembangannya, kami memutuskan untuk meminta rekomendasi guru baru dari pak ustad untuk mengajar hafizh secara privat.

Di tangan Bunda Sari (Hafizh memanggil semua gurunya dengan Bunda) perkembangan mengaji hafizh sangat pesat. Ketika sampai Iqro-4, timbul masalah baru yang sebenarnya masalah pribadi pak ustad dengan bunda Sari. Masalah itu membuat bunda Sari ‘mundur' dan ‘mengembalikan' Hafizh ke pak ustad. Kami agak kecewa saat itu, dan memutuskan untuk tidak ‘kembali' ke pak ustad. Kira-kira 5 bulan Hafizh nggak belajar mengaji. Bunda Sari masih juga merasa nggak enak kalau harus kembali mengajar hafizh (padahal beliau juga mengajar beberapa anak tetangga kami yang lain).

Saat itulah pengurus masjid mendirikan TPA, kira-kira akhir tahun 2005. Maka bergabunglah Hafizh kesana. Tapi selama setengah tahun belajar masih juga dia di Iqro-4, kayaknya Hafizh tuh kebanyakan mainnya di masjid, hehe... Akhirnya kami kembali ‘merayu' bunda Sari. Alhamdulillah beliau akhirnya bersedia mengajar hafizh lagi. Sampai sekarang, sambil privat, Hafizh juga terus mengaji di TPA karena dia juga enjoy belajar bareng teman-temannya di masjid setiap sore, kecuali wikend & senin (karena ada karate). Sekarang dengan bunda Sari Hafizh di Iqro-6 sementara di TPA (dengan kurikulum barunya itu) sudah Iqro-5.

Alhamdulillah juga Hafizh selalu senang belajar, baik di tempat les (sempoa, melukis & karate), di TPA maupun di rumah (untuk mengaji). Setiap hari selalu bersemangat untuk melakukan kegiatan sorenya itu.

Saat ini kegiatan TPA juga makin beragam. Setiap jumat setelah selesai mengaji adalah acara mewarnai. Biasanya sudah disiapkan gambar masjid atau huruf2 hijaiyah untuk diwarnai. Kadang santri-santri diajak belajar diluar, cuma jalan-jalan aja keliling komplek sambil gurunya mengajarkan banyak hal yang berhubungan dengan alam sekitar. Penanaman pesan-pesan moral kelihatannya lebih mantap dengan cara-cara seperti ini. Jelas Hafizh makin senang belajar disini.

Sekarang setiap pergi mengaji Hafizh selalu minta memakai baju muslim dan celana panjang. Katanya malu kalo ke masjid pake kaos biasa dan celana sedengkul :). Padahal biasanya sebelum ke TPA, Hafizh les dulu di rumah belajar Seruni. Jadi pulang les Hafizh nggak lagi langsung lari ke TPA, tapi mampir dulu ke rumah ganti kaosnya dengan kemeja atau baju koko, baru kabur ke masjid untuk mengaji.

Kak Hari

Ada seorang guru mengaji di TPA yang cukup dihormati oleh Hafizh. Hafizh memanggilnya Kak Hari. Kak Hari adalah adik seorang warga di komplek kami. Usianya masih sangat muda, tapi memiliki dedikasi yang sangat tinggi dalam mengajar. Seperti halnya seorang guru sejati, dia sangat peduli dengan perkembangan murid-muridnya. Kadang dengan sengaja mampir kerumah mencari Hafizh untuk sekedar menanyakan kabar (terutama kalau Hafizh habis ‘bolos' mengaji). Kadang juga mencari orang tua murid untuk meminta persetujuan tentang suatu kegiatan TPA.

Semua membuat saya menilai bahwa TPA children of jannah adalah dunianya. Waktu itu dengan bersemangat dia menyampaikan nama baru TPA ke rumah murid-muridnya. Saya curiga, dialah yang mencetuskan nama indah itu :).

Kak Hari ini memiliki keterbatasan. Matanya tidak bisa lagi melihat dengan jelas. Kalau mengaji, ia harus mengangkat mushaf-nya hingga kira-kira hanya 5 cm dari bola matanya agar bisa melihat. Bayangkan saat ia harus memeriksa kertas-kertas ujian murid-muridnya.

Tapi dibalik keterbatasannya, ia juga dikaruniai kelebihan selain pendengarannya yang tajam dan mampu mengenal orang lain hanya lewat suaranya. Yaitu saat ia mengaji dan mengumandangkan azan, Subhanallah, suaranya indaaaah sekali. Allah memang maha adil.

Semoga mas Hafizh lekas lulus iqro-nya, dan kelak juga bisa mengaji seindah kak Hari. amiin. :)



6 previous comments

Friday, February 09, 2007

Sore Itu


sore itu, hujan gerimis menyiram rata kota Jakarta. Seorang anak muda berpenampilan lusuh menyibak tenda posko yang penuh dengan relawan yang sedang
membongkar-muat barang untuk disumbangkan.

"kalau mau ngasih sumbangan kemana ya?" tanyanya malu-malu, sambil membuka topinya
yang basah.
"benar disini," seorang relawan bangkit menyambut "dimana barangnya?"
"ini" katanya sambil menunjuk tas yang diselempangkan di pundaknya.

Mas relawan menyiapkan tanda terima. Anak muda itu membongkar isi tasnya. Saya melirik sekilas. Tampak beberapa tshirt dan sepotong celana jins, tidak baru, namun semuanya tampak bersih terlipat.

"maaf, cuma bisa nyumbang ini" ucapnya lirih.
Mas relawan tersenyum, "yang penting ikhlas ya Dik".
"saya cuma punya ini Mas, masih bagus kok, semoga bisa berguna ya"
Mas relawan mengangguk sambil menepuk-nepuk pundak si anak muda tadi, "pasti...pasti, terima kasih banyak Dik".

Saya jadi menoleh dan ikut mengucapkan terima kasih. Wajah anak muda itu sangat sumringah. Saya tahu, pasti ada rasa bahagia karena sudah bisa berbagi.

Saya terenyuh, juga malu.

Mungkin sumbangannya kelihatan sedikit, tapi bisa jadi itu adalah harta termahalnya. Sumbangan satu juta rupiah dari seorang pesohor sehari sebelumnya, mungkin sebenarnya sangat kecil mengingat penghasilan si pesohor bisa berpuluh-ratus kali lipat dari satu juta rupiah (itu saja masih dengan syarat harus diliput, arrgh...!).

Tahukah kamu dik, barangkali sumbanganmu ini amat sangat bernilai di mata Allah. Karena meski dalam ketiadaan, kamu masih berusaha memberikan yang terbaik yang kamu punya, untuk saudaramu yang sedang kesulitan.

Sore itu, saat gerimis menyiram rata kota jakarta, ada pelajaran yang sangat indah diantarkan dihadapan saya, tentang versi lain sebuah cinta.


8 previous comments

Wednesday, February 07, 2007

Pentas Muharam


Ketika Jakarta diguyur banjir, Sabtu 3 Februari 2007 , mas Hafizh perform pidato bahasa arab di acara Pentas Muharam yang diselenggarakan oleh yayasan sekolahnya. Naskah hapalan yang baru dikasih oleh bunda guru seminggu sebelumnya, berhasil dibawakan tanpa ada kesalahan. Subhanallah, ibu yang deg-degan dan senewen sebelum mas Hafizh tampil, jadi terharu banget. Gimana enggak, bahkan selama perjalanan menuju sekolah pagi itu hapalan masih belum sempurna dikuasainya. Beberapa kalimat masih terbolak-balik urutannya. Sampai akhirnya sebelum berpisah di pinggir panggung (para ortu murid harus duduk di kursi di depan panggung) ibu pesan supaya seandainya nanti lupa, teruskan dengan kalimat yang mas Hafizh ingat saja. Tapi ternyata, Alhamdulillah, di atas panggung semua urutan pidato diucapkannya dengan benar tanpa terbolak-balik :).

Setelah mas Hafizh, giliran Wulan dan Irbah -sahabat kecil mas Hafizh- menerjemahkan pidato bahasa arabnya ke dalam bahasa inggris dan bahasa indonesia. Pidatonya sih cuma kira-kira 12 kalimat panjang, tapi kalau ibunya yang disuruh menghapal dalam seminggu mungkin sudah nyerah duluan ya (belum demam panggungnya, hiii... ) :D.

Yang bikin Ayah-Ibu heran, Hafizh sama sekali nggak kelihatan gugup, bahkan kelihatan sangat percaya diri (malah ibu yang keringat dingin Mas). Di panggung, mas Hafizh bicara sangat lantang, beda banget dengan pada waktu latihan selama di rumah. Mas Hafizh, Ayah Ibu sangat bangga sama Mas.

Inti dari pidatonya adalah ajakan untuk bersuka cita menyambut tahun baru dan senantiasa bersemangat mengisinya dengan kebaikan-kebaikan yang lebih daripada tahun sebelumnya.


Mas Hafizh lagi perform, Ibu lagi deg-degan :)



Mas Hafizh di depan panggung, di belakang itu kumpulan parcel
sederhana yang sudah disiapkan oleh masing-masing anak & ortu,
untuk dibagikan ke teman-teman yatim dan dhuafa.

eh, Mas Hafizh kok pipinya jadi bakpao gitu ya? :)



5 previous comments

Monday, February 05, 2007

galau


hanya asmaMu... hanya asmaMu
yang mampu kusebut
saat menatap dahsyat kuasaMu
meluluhlantak kota besar yang angkuh

langitMu tumpahkan air bah
sanggup benamkan kesombongan
mengigilkan hati membekukan jiwa
menuai jutaan tetes air mata


bagaimana ini ya Allah
beri kami kemampuan
untuk dapat sedikit mendekapkan
selimut hangat untuk hati mereka


bagaimana ini ya Allah
kuatkan mereka, hapus duka mereka
ganti semua penderitaan mereka
dengan gurat senyum dan tawa


dan ajarkan kami untuk mampu
memahami untaian hikmah
yang Kau maksudkan atas semua bencana


sawangan, 3 feb 2007.


5 previous comments