Haqqi Muhammad Fayyazi
Anak dermawan yang senantiasa menegakkan kebenaran. amiin
satu minggu...
dua minggu...
tiga minggu...
empat minggu...
Alhamdulillah. Selamat Ulang Bulan, Haqqi....!
4 previous comments
satu minggu...
Alhamdulillah. Selamat Ulang Bulan, Haqqi....!
Senang rasanya nggak perlu menghadapi kecemburuan berlebihan seorang kakak terhadap adik yang baru lahir. Malah agak surprise melihat betapa excitingnya Hafizh atas kehadiran adik barunya. Anak tetangga kami yang kebetulan seusia Hafizh dan juga punya adik baru tiba-tiba berubah jadi cengeng dan cenderung hiperaktif.
Alhamdulillah Hafizh bisa mengatasi kekhawatiran akan berkurangnya kasih sayang Ayah-Ibunya secara verbal, alias sering curhat sama Ibunya ;-). Jadi dia paham kalo kekhawatirannya itu nggak beralasan.
Pertama kali Hafizh lihat aku lagi bercanda sambil peluk2 dan cium2 Haqqi, dia cuma memperhatikan sambil diam (tapi tatapannya sendu gitu). Setelah si Adek aku tidurkan, baru Hafizh ngomong; “Ibu sayang ya sama Adek?” (aku jawab; Iya) “Jadi Ibu nggak sayang aku lagi?”.
Huaa... langsung kupeluk jagoanku itu erat-erat, sambil kujelaskan bahwa nggak mungkin, nggak akan mungkin, aku nggak sayang sama dia, malahan jadi makiiin sayang. Baru deh matanya berbinar-binar lagi tapi bibirnya masih sempet nanya “Ibu nggak bohong?”.
Duh anakku, masa sih kau meragukan cintaku ;-).
Tapi nggak berhenti sampai disitu sih, kadang-kadang kalo aku lagi gendong Haqqi, atau kalo aku barusan marah sama dia, tiba-tiba aja dia nanya seolah untuk meyakinkan dirinya sendiri “Ibu tetap sayang aku?”.
Hehe... aku juga nggak bosan untuk menjelaskan –sampai dia puas- betapa aku & ayahnya sangat sayang sama dia.
Hafizh nggak pernah jail sama Haqqi. Makanya suka aku percaya untuk menjaga adiknya. Kalo Haqqi sampe terbangun dari tidurnya, itu biasanya karena Hafizh nggak tahan untuk mencium pipi gembil adiknya itu. Kadang dia malah minta izin untuk membangunkan adiknya (dan selalu kutolak) supaya bisa diajak main atau ngobrol.
Lucu deh, Hafizh itu seolah menganggap Haqqi udah sebesar dirinya dan paham semua omongannya. Kadang dia membacakan buku dengan suara keras, atau mewarnai disebelah adeknya sambil bercerita, atau main apa aja disebelah adeknya seolah memang si Adek menyimak semua tingkah lakunya.
Kalo Hafizh lagi makan sesuatu yang enak, dia akan nawarin adiknya. Sering banget tiba-tiba aja dia suapin makanan ke mulutku. Katanya itu buat Adek (dia ngerti kalo si Adek makan apa aja yang aku makan melalui ASI). Nanti waktu aku menyusui, dia bakal nanya ke adiknya, “enak nggak kuenya, Dek?”. ;-)
Sekarang Hafizh udah mulai sekolah lagi. Pulang sekolah yang pertama dia cari adalah adiknya. Sekedar menyapa “Hallo Dek, aku udah pulang sekolah nih…”. Kalo adiknya nggak lagi tidur biasanya Hafizh langsung ngajak ngobrol, ngobrol apa aja. Kadang yang ndengerin ‘obrolan’ mereka suka ketawa sendiri. Mulai cerita tentang power ranger sampai cerita pengalaman disunat. Cerita yang terakhir ini isinya biasanya meng-encourage adeknya supaya nggak takut disunat dan diakhiri dengan memperlihatkan ‘tatat’-nya ke si adek ;-).
Hafizh juga suka maksa adiknya untuk nonton dia main bola di halaman belakang, sambil digendong Ibu tentu aja. Nanti sambil main bola Hafizh kayak ngajarin adiknya gitu: “gini nih Dek, caranya nendang bola…”.
Tapi kadang dia jadi suka frustasi sendiri, “Adek umur lima tahunnya masih lama ya Bu?”.
Semua orang bingung, Hafizh mau dikhitan?
Kita berdua juga nggak nyangka Hafizh segampang itu mau dikhitan. Padahal kita nggak pernah memaksa atau membujuk secara berlebihan. Caranya cuma dengan ngobrol-ngobrol biasa, bahwa setiap anak laki-laki harus disunat cepat atau lambat. Diberitahu juga kalo rasanya bakalan sakit sebentar tapi hanya sekali itu aja seumur hidup.
Last minute pendaftaran Khitanan Bersama untuk karyawan di acara HUT kantor mas Ipung, tiba-tiba Hafizh bilang mau disunat. Malahan dia udah pengumuman ke teman-temannya kalo bakalan disunat.Ya udah daftar aja, yang kita tau metode yang dipakai adalah metode Smart Clamp yang cukup bagus.
Pokoknya Hafizh happy banget menjelang khitan. Eyang yang janji bakal beliin sepeda bikin dia tambah semangat, juga hadiah mobil remote control dari penyelenggara.
Pagi 8 Juli 2006, jam 7 rombongan berangkat, ada Eyang Manggarai dan Eyang Cibubur yang udah menginap sejak semalam. Ibu dan Nyai nggak ikut, nunggu dirumah aja.
Di tempat khitanan juga ada Mama Henda (Mama, dari kata Kalama = Paman, bahasa daerah Sumsel) dan Ngah (tante) Lili dari Lampung, juga Mama Iwan sekeluarga.
Pokoknya kayak rombongan haji deh.
Sebelum khitanan dimulai Hafizh senang banget ikutan acara yang dibuat untuk anak2, ada lomba-lomba (Hafizh dapat 2 hadiah perlombaan), trus ada badut juga.
Sekitar jam 11 giliran Hafizh untuk dikhitan tiba. Waktu sudah berbaring di tempat tidur Hafizh sempat telpon Ibunya dirumah, minta dibimbing berdoa. Jadi aku berdoa trus Hafizh mengikuti bacaan doanya gitu. Begitu telpon ditutup, sambil menyusui Adek, aku juga nggak berhenti berdoa buat Hafizh, semoga semua berjalan lancar, cepat dan sedikit saja sakit yang dirasa Hafizhku.
Sampai akhirnya telpon berdering lagi setengah jam kemudian, ternyata Hafizh dan rombongan sudah di dalam mobil dalam perjalanan pulang. Hafizh bicara lagi denganku tapi kali ini tanpa keceriaan seperti sebelumnya ;-(. Tampaknya Hafizh baru menangis hebat, duh rasanya tenggorokanku tercekat juga menahan tangis.
“sakit, Bu… tapi udah selesai”
Anak Ibu memang jagoan dan pemberani. Ibu bangga sekali sama Hafizh.
Proses khitanan diceritakan kemudian sama Mas Ipung. Tapi aku pass aja deh ceritanya, ngeri membayangkannya, nanti aku nangis lagi kayak waktu itu ;-)
Sampai di rumah (ternyata Hafizh belum mau pakai celana, padahal it’s oke karena ada clamp yang melindungi penisnya) selama kira2 satu jam Hafizh Cuma berbaring aja di tempat tidur sambil peluk mobil remote-nya. Hafizh cuma mau memperlihatkan tatat-nya ke aku. Oh iya Hafizh dari kecil membahasakan penisnya dengan ‘tatat’, nggak tau kenapa, tapi aku biarkan aja biar cuma kita orang2 terdekatnya yang ngerti kalo dia ngomong ‘jorok’ gitu didepan umum ;-)
Setelah dibujuk, akhirnya mau juga dia pake sarung. Setelah itu dia seperti lupa kalo baru abis disunat, langsung jalan-jalan dan main sama kerabat & sepupunya yang mulai berdatangan karena akan ada acara pengajian sore harinya. Benar-benar lupa karena memang tatat-nya aman di dalam clamp, sampai datang keinginannya untuk pipis. Untung kejadiannya setelah acara pengajian selesai, karena Hafizh dengan pede-nya pipis sendiri di kamar mandi. Jelas dia histeris ngliat darah yang keluar bareng air pipisnya, plus agak2 nyeri kali ya, sampai dia nggak bisa bergerak dan harus digendong Ayahnya keluar kamar mandi.
Sampai disini kita rada bingung gimana cara membersihkan clamp-nya. Ada sih panduannya, tapi kok kita nggak begitu yakin. Akhirnya aku telpon mbak Lita yang udah punya pengalaman dengan clamp ini waktu khitanan putranya. Makasih ya mbak, saat itu aku benar-benar tenang setelah telpon mbak Lita.
Setelah itu, hanya pipis kedua esok paginya Hafizh masih ketakutan, selebihnya semua berjalan seperti biasa kayak nggak ada yang abis khitan. Malamnya Hafizh tidur sambil peluk guling seperti biasa. Minggu sore udah mau pake celana pendek yang longgar, udah main bola dihalaman belakang walau dilarang (‘aku tendangnya pelan-pelan aja kok Bu’ katanya kalo dilarang). Untung ada mbak Intan, sepupunya dari Lampung, yang bisa menemani main ‘rumahan’ seperti ular tangga atau sekedar main game komputer bareng-bareng.
Masalah muncul ketika tiba saatnya untuk membuka clamp hari selasa 11 Juli masih di kantor mas Ipung. Sebenarnya nggak sakit, tapi begitu Hafizh melihat tatat-nya yang sudah tidak tertutup clamp, dia langsung menangis keras. Kali ini aku ikut melihat prosesnya sambil gendong Adek, kata mas Ipung Hafizh malah kolokan karena ada aku ;-). Memang kepala penisnya masih berwarna merah, Hafizh bilang ‘tatat-ku berdarah Bu’, susah meyakinkannya kalo everything’s fine. Pulang dari membuka clamp, kita langsung ke bandara menjemput Angga, Anggi & Sella, tiga sepupu Hafizh dari Lampung yang abis berlibur di Medan. Mereka benar-benar jadi hiburan buat Hafizh walaupun sampai dua hari kedepan Hafizh belum mau melihat tatat-nya sendiri. Jadi kalo pipis benar-benar harus ditemani karena kedua tangannya dipakai untuk menutup mata ;-).
Hari Kamis, Hafizh dan keempat sepupunya plus mbak Siti (supaya bisa menemaninya pipis) diantar-jemput mas Ipung ke mall Cinere untuk nonton Superman Returns.
Sayang kamis malam-nya semua sepupunya harus kembali ke Lampung karena liburan mereka udah hampir usai.
Hari Jumat, Hafizh udah berani melihat tatat-nya sambil tersenyum lebar. Katanya ‘tatat-ku sekarang kayak punya Ayah’. Hehehe….
Hari Sabtu udah mau pake kolor lagi.
Kan banyak yang nanya “rasanya kayak digigit semut ya Mas?”, biasanya Hafizh cuma geleng kepala kalo ditanya gitu. Tapi bisik bisik dia bilang ke aku,
Hafizh: rasanya nggak kayak digigit semut kok Bu
Aku : maksudnya nggak sakit gitu?
Hafizh: bukan, tapi rasanya kayak digigit harimau,
Aku : (ketawa) memangnya kamu tau rasanya gigitan harimau?
Hafizh: iih, Ibu nggak percaya, lihat aja tatat-ku sampai merah begini.
Pffiuh….ternyata begitu ya rasanya nyunatin anak. Hati ini jungkir balik nggak karuan (sambil nyengir ke mbak Lilik yang baru nyunatin Hafiz-nya).
previous comment
Banyaak banget yang pengen diceritain, tapi ternyata memang makin sedikit waktu luang untuk menulis, hehe…sok sibuk ya, tapi memang sibuk lho punya baby baru dan seorang ‘baby’ besar yang masih libur dan apa-apa maunya sama Ibu plus baru dikhitan pula ;-). Makanya sekarang mumpung kedua cinta-ku itu lagi tidur nyenyak, disempetin mencatat-catat cerita yang terlewat kemarin. Jadi maklum aja kalo tulisannya berantakan dan kepanjangan, mumpung masih fresh di ingatan nih.
Yang jelas tahun ini kami melewati 7 Juli 2006 - HUT perkawinan ke 6- dengan cara yang luar biasa dan dengan hadiah luar biasa dari Allah SWT. Allhamdulillah. Semoga pendewasaan diri makin kami dapat untuk insyaAllah mampu melewati tahun-tahun berikutnya dengan lebih baik.
Ternyata menjelang malam mulai mucul kontraksi-kontraksi yg makin lama makin kuat. Jadi ada harapan semoga besok bisa melahirkan normal tanpa harus induksi.
D-day 28 Juni 2006
Sampai rumah sakit, udah pembukaan 3, lumayan, dr. Dewi via telpon menginstruksikan untuk menunggu saja instead of pasang infus induksi seperti yang beliau instruksikan sebelumnya lewat
Sayangnya kontraksi bukannya bertambah kuat, justru makin bertambah jauh jeda waktunya. Sampai jam 10.30 kontraksi malah jadi 30 menit sekali walaupun sudah sampai pembukaan 6. (Beda banget sama waktu Hafizh yang stuck di pembukaan 2 padahal kontraksi udah 5 menit sekali).
Entah udah berapa kali bolak-balik jalan di lorong rumah sakit berdua mas Ipung sampai akhirnya jam 12 siang diputuskan untuk induksi.
Begitulah akhirnya jam 14.45 lahir jagoan kami yang kedua.
Subhanallah, Allahuakbar…segala puji bagi Allah yang telah memberikan kehidupan pada mahklukNya. Sampai sekarang masih suka mengingat-ingat moment itu sehingga nggak mungkin bagiku untuk nggak bersyukur atas nikmat luar biasa yang diberikan Allah kepada kami.
Suster-suter RSPC juga baik-baik banget, sangat mendukung program ASI eksklusif. Permintaanku untuk langsung menyusui bayi segera setelah dilahirkan juga dipenuhi. Setelah masuk kamar rawat inap jam 5 sore-nya, adek juga langsung disusui lagi. Alhamdulillah ASI sudah langsung keluar, sampai esok paginya adek baru minta minum lagi.
Adek Haqqi juga pintar deh, jadi walaupun rooming-in Ibu nggak capek ngrawatnya. Tapi ada kejadian yang sempat bikin deg-degan juga, jumat pagi dr. Sandra memutuskan untuk memasukkan selang kateter ke saluran kemih Adek karena sudah 24 jam lebih setelah lahir Adek belum juga pipis. Duh, mau nangis rasanya melihat prosesnya. Ternyata ada tuh air kemihnya, jadi ditunggu lagi kalo dalam 24 jam kedepan Adek belum pipis juga, akan di-usg untuk melihat kinerja ginjalnya.
Ya Allah, rasanya badan ini lemas sekali, Adek terus kupeluk sambil hati nggak henti berdoa. Mas Ipung yang hari itu berangkat ngantor dari RS juga katanya ngelamun terus di perjalanan.
Lagi-lagi Allah maha baik, nggak sampe satu jam setelah proses kateter itu si Adek pipis banyaaak banget sampai membasahi baju pink rumah sakit yang kupakai, Subhanallah, belum pernah sebahagia itu ngliat air pipis ;-) Kata dokter, ternyata proses kateter tadi justru merangsang 'terbukanya' saluran kemih Adek.
Mas Ipung yang baru sampe parkiran kantor juga langsung bertahmid dengan lega. Alhamdulillah.
Hari Sabtu 1 Juli,
kami pulang kerumah. Selamat datang dek Haqqi….
Hari Selasa 4 Juli,
kontrol pertama ke de. Sandra SpA. BB udah bertambah 2 ons setelah turun 1,5 ons waktu keluar dari RS. Alergi kulit Adek dinyatakan positif, tapi setelah sebelumnya mandi tanpa sabun sekarang udah boleh pake sebamed, tapi tetap no baby oil no minyak telon pokoknya no kosmetik bayi.
*adalah lembaran yang ditempelkan diatas nasi kotak yang dibagikan ke tetangga dan kerabat pada syukuran 8 Juli 2006 ;-)