Friday, May 25, 2007

Rangkuman

Kamis 17 Mei’07. Sejak rabu malam Ibu udah nguplek di dapur sampai lewat tengah malam, bikin pesanan kue untuk ultah Nisa, sepupu kecil dari Ayah. Untung requestnya bukan model yang susah-susah, jadi bisa selesai dengan lumayan cepat.

Kamis pagi-pagi sudah meluncur ke Jakarta, nganter kue. Jam sepuluh pagi sudah di Gambir nganter mbak Siti yang mau cuti pulang ke Lampung sampai kamis depan. bye mbak… jangan lama-lama yaa… kata mas Hafizh. Pulangnya nemenin Eyang Ti dan Om Galih beli kacamata ke optik melawai di mall ambasador. Siangnya langsung ke rumah birthday girl untuk undangan pengajian dan tiup lilin.

Jumat 18 Mei’07. Ibu ngantor, long wiken gak berlaku di kantor ibu, huhu. Ayah-Hafizh-Haqqi nganter ibu ke kantor. Pulang nganter ibu mereka jalan-jalan tuh bertigaan aja. Padahal gak punya car seat untuk dek Haqqi, jadi mereka berdua ‘diikat’ sama Ayah di kursi depan. Aneh deh, dek Haqqi anteng banget di posisi begitu.

Pulang kantor ibu dijemput lagi, senang banget ya. Mas Hafizh langsung nagih nonton Spiderman3. Nggak tau tuh mas Hafizh kok heboh banget pengen liat film ini. Tapi nggak papa deh, soalnya Ayah Ibu juga lagi pengen nonton (lah baru kemaren kan ke bioskop :p).

Sebelum nonton mas Hafizh puas dulu main di playground Fun World. Untung sebelum masuk bioskop dek Haqqi udah pulas di gendongan Ibu, jadi kita bertiga leluasa nonton tanpa takut dek Haqqi menangis dalam bioskop. Hebat dek Haqqi, cuma terbangun sekali, langsung mimik ASI trus tidur lagi.

Sabtu-Minggu 19-20 Mei’07. Kita malah nggak kemana-mana. Cuma ke depok buat belanja bulanan, trus rutinitas renangnya mas Hafizh, rutinitas dapur ibu ngerjain dua pesanan kue minggu ini, selebihnya main dan main. Libur panjang belum selesai buat Ayah yang kebagian cuti hari senin karena mbak Siti masih belum kembali. Jatah ibu cuti hari selasa dan rabu. Senangnyaa…

Senin-Selasa 21-22 Mei’07. Hari Senin Ibu ngantor lagi, tapi Ayah ini cuti biar bisa jagain dek Haqqi di rumah. Sore hari seperti jumat lalu, mereka jalan-jalan bertiga trus jemput Ibu lagi. Duh, rasanya gimana gitu kalau dijemput sama tiga cowok ini di kantor.

Hari Selasa, gantian Ibu yang cuti sampai besok, kan mbak Siti baru kembali hari Kamis nanti. Seharian di rumah bareng dek Haqqi sambil bikin kue buat mas Hafizh besok. Satu kata: heboh!. Gimana lagi caranya bikin kue tanpa di-recokin dek Haqqi, selain membiarkan seisi rumah berantakan biar jagoan kecilkuku ini anteng bermain. J

Rabu, 23 Mei’07. Happy birthday mas Hafizh! Hari ini mas Hafizh ceria sekali menyambut ultahnya. Pagi-pagi sudah gembira bagi-bagi kue ke teman2 di mobil jemputannya. Pulang sekolah juga nurut banget sama Ibu supaya segera tidur siang. Jadi waktu bunda Nur datang, mas Hafizh sudah siap untuk mengaji. Selesai privat mengaji, sudah dijemput teman2 TPA untuk mengaji disana. Pokoknya semangat sekali deh mas hafizh hari ini.

Ternyata di TPA, mas Hafizh sudah ditunggu sama Kak Hari, Kak Maryam dan semua teman-teman. Waktu mas Hafizh masuk ke dalam masjid, semua berteriak: Selamat Ulang Tahun Hafizh!!
Kebayang nggak sih wajah mas Hafizh berbinar-binar bahagia gitu.

Rupanya tema hari ini spesial dibuat untuk ultah mas Hafizh. Ada lagu-lagu persembahan dari teman-teman kelas B, ceramah ala dai cilik dari salah seorang teman, permainan dan terakhir lomba menjawab pertanyaan seputar pelajaran di TPA. Alhamdulillah Ibu sudah menyiapkan hadiah-hadiah seperti buku tulis, pensil, penghapus & rautan. Walaupun hadiah kecil, tapi ternyata bisa memeriahkan hari itu dan membuat teman-teman senang.

Selesai acara mas Hafizh bagi-bagi kue dan goodie bag buat teman-teman. Kalau ditanya: senang nggak mas? Mas Hafizh jawab: senang buwangeeet! :)

Terimakasih sekali buat kak Hari & kak Maryam yang sudah niat banget menyiapkan acara untuk mas Hafizh. Duh ibu jadi terharu. Dek Haqqi juga ikut menikmati acara dan gembira sekali ditengah teman-teman TPA mas Hafizh.

Lagu Panjang Umurnya ala TPA children of Jannah:

sehat badannya…
baik akhlaknya…

rajin sholatnya…

pintar ngajinya…

berbakti pada…

orangtuanya….

amiin... :)


.

Wednesday, May 23, 2007

Enam Tahun, Nak!


genap kini usiamu
enam tahun, Nak!
usia yang sangat berarti bagimu

janjimu sendiri
tidur tak perlu lagi ditemani
janjimu sendiri
untuk jadi lebih mandiri
janjimu sendiri
agar lebih rajin sholat & mengaji

janjimu,
juga selalu menjadi doa ayah ibu

enam tahun, Nak!
bahagia saja yang kau beri buat kami
tak mungkin putus kami syukuri
nikmat besar Illahi Robbi

selamat ulang tahun, Nak!
semoga bahagia juga selalu menyertai
dalam setiap langkahmu
hari ini dan nanti



.

Sunday, May 20, 2007

......


aku telah bernyanyi untukmu
tapi kau tidak juga menari
aku telah menangis didepanmu
tapi kau tidak juga mengerti
haruskah aku menangis sambil bernyanyi




(disadur dari: Lagu gelombang, Kahlil Gibran)


.

Tuesday, May 15, 2007

10bulan 14hari, Haqqi Bisa Jalan!

Alhamdulillah...




kok pada gak bisa lihat aku jalan ya?
coba kalau klik disini, bisa dong... :)



.

Wednesday, May 09, 2007

Pacaran

08.00 sms dari Ay
“nanti malam nonton yuk”

09.30 telpon dari Ay
“kok gak dibales sih?”
“serius nih?”
“iya lah, naga bonar masih ada tuh di cinere, mau nggak?”
“berdua aja?”
“sekali-sekali, ya ya… “
“bilang apa sama hafizh?”
“ya ibu lah yang lebih ngerti, oke? jadi ya!”

note: terakhir nonton bioskop berdua aja kira-kira enam tahun yang lalu, lagi hamil gede, di Slipi21, judul film Hanibal. Setelah itu gak pernah 'tega' jalan2 berduaan aja.

16.30 telpon ke rumah
“mas, nanti ayah ibu pulang malam banget boleh nggak?”
“memang kenapa bu? Malam banget jam berapa?”
“hmm…ayah ibu ada acara nih, sampai jam sepuluhan gitu deh”
“ibu nggak usah ikutan deh, biar ayah aja acara sendiri”
“yaa… jadi nggak boleh nih?”
“nanti aku nggak bisa tidur loh nungguin ibu”
“hmm… malam ini mas boleh deh nonton vcd”
“bener nih *girang* trus kalo ibu belum pulang boleh liat fear factor?”

note: peraturan gak boleh nonton selain wiken terpaksa dilanggar, apa boleh buat, demi kebaikan bersama :p

19.50, mall cinere, abis makan malam, Ay telpon ke rumah
“Mas… ayah pinjam ibu sebentar yaa…”

20.10, gramedia, nunggu film mulai, telpon dari hafizh
“ibu acaranya dimana sih, kok berisik?”
“di cinere, adek sudah bobo mas?”
“sudah bu, aku lagi nonton film TMNT (ninja turtle) nih”
“ya udah, sambil jagain adek ya, kalo bangun panggil mbak Siti”
“ibu jangan lama-lamaaaa…”

note: perasaan kayak mau nonton pertama kali deh sama Ay, deg-degan, tapi yang ini karena inget anak-anak terus :(.

20.30 – 22.30, Naga Bonar jadi 2, film bagusss banget!
Komentar Ayah: “untung anak-anak masih diasuh sama ibu ya, kalau diasuh ayah sendiri, bisa kayak si bonaga itu nanti”

note: si bonaga itu ada miripnya sama Ay, susah banget mau bilang ai lap yu, alias nggak bisa romantis blass... :)

22.55, sampai rumah, Hafizh masih menunggu,
“katanya jam sepuluh, itu fear factor sudah mau habis kok baru pulang”

note: bener deh, kayak abg pulang kemaleman dimarahin sama bapaknya.

Next day, 07.55, sms ke Ay
“thanks for the nice evening you've shared with me, dear. I love you, a lot”

07.56, sms dari Ay
“same2 ya. scheduled every 2 month

note: see… bonaga banget kan? :)



.

Monday, May 07, 2007

Wanita Kedua

Pernah merasakan menjadi wanita kedua? Saya pernah. Eits jangan berprasangka dulu, saya hanya pernah merasakan, bukan sungguh-sungguh menjadi wanita kedua dalam rumah tangga orang lain.

Ini adalah cerita nostalgia sekitar tujuh tahun yang lalu, saat saya masih jadi penghuni rumah kost putri di daerah kebon jeruk. Suatu sore saya menerima telepon yang sangat mengejutkan dari seorang wanita yang setengah histeris, memaki-maki saya karena saya telah mengganggu suaminya. Suaranya terdengar nyaring meskipun gagang telpon sudah dijauhkan sekitar 10 cm dari daun telinga saya. Entah mimpi apa saya tadi malam :D

Heboh sekali rumah kost pada saat itu. Teman-teman berikut ibu kost, berkerumun disekitar saya (yang asli kebingungan) karena sebelumnya wanita ini sudah tiga-empat kali hari itu menelpon mencari saya dan sedikit2 menyampaikan juga titipan makian buat saya kepada siapapun yang menerima telponnya.

Entah kenapa saat itu saya cukup sabar mendengar makiannya. Yang ada dalam pikiran saya hanya rasa kasihan. Pastilah dia begitu marah kepada siapapun yang sudah menggoda suaminya.

Rupanya, ia menemukan nama saya berikut nomor telpon rumah kost saya tertulis di secarik kertas di dalam saku celana suaminya.
Saya bilang bahwa saya tidak mengenal suaminya. Tentu saja dia tidak percaya. Menurutnya sudah lama dia mencurigai suaminya, tapi baru sekarang bukti dia temukan. Setelah puas marah-marah (dan saya dengarkan saja) dia mulai menginterogasi saya selengkap-lengkapnya.
Kerja dimana, pulang-pergi kerja naik apa & lewat mana, punya pacar atau enggak, orang apa, lahir dimana, keluarga dimana. Halah! Kok ya saya masih terus meladeni pertanyaan2 anehnya. Sementara teman2 kost saya sejak awal sudah memberi kode untuk menutup saja telponnya. Tapi mungkin karena saya meladeninya dengan baik (atau karena sudah capek marah2?) akhirnya dia menutup sendiri telponnya dengan nada yang tidak lagi tinggi dan nyaring.

Selesai? Oh tidak. Ternyata hari-hari berikutnya ia masih terus menelpon ke rumah kost, meskipun menghindar berbicara dengan saya. Jadi ia ganti menginterogasi teman-teman kost saya dengan pertanyaan2 yang mungkin tidak sanggup ditanyakannya kepada saya waktu itu. Misalnya, seperti apa rupa saya, cantikkah?, adakah laki2 yang sering mengunjungi saya, siapa namanya, bagaimana ciri2nya.

Saya sungguh merasa tidak enak kepada teman2 saya khususnya ibu kost. Tapi herannya, kemudian mereka justru menganggap cerita ini hiburan segar. Dengan senang mereka meladeni semua pertanyaan wanita itu sambil memberi bumbu-bumbu tambahan. Dikatakan bahwa saya adalah seorang wanita karir yang sukses, modis, baik hati, seksi, tinggi, langsing & cantik (kalau yang ini saya rasa mereka nggak berdusta :p)

Suatu kali wanita itu kembali menelpon dan saya berbicara lagi dengannya. Kali ini saya sampaikan bahwa saya merasa tidak senang dengan perlakuannya. Saya ajak dia dan suaminya bertemu dan berbicara baik-baik supaya tidak lagi mengganggu teman-teman saya. Dia menolak. Tapi dia minta tolong untuk dihubungi via telpon, kalau suaminya itu mengunjungi saya.

What? Rupanya dia sangat yakin kalau laki2 yang sering mengunjungi saya adalah suaminya. Dia bilang suaminya memang suka ganti-ganti nama, kadang Agus, kadang Rahmat, kadang Ipung (??!!), meskipun nama aslinya adalah Arif. (Ahh... pak Arif, kamu sungguh nggak arif sudah membuat bu Arif marah2 membabi-buta)

Kebetulan sekali saat itu mas Ipung sedang menunggu di teras rumah karena memang hari itu adalah jadwal kunjungan :p.
Oke, saya minta izin teman2 & ibu kost untuk membawa ‘pak Arif’ masuk dan berbicara di telepon. Untung mas Ipung sudah sempat saya ceritakan masalah ini dan dia dengan senang hati berkenalan dengan ‘istrinya’. Cukup lama juga mereka berbicara.
Sejak itu teror ke rumah kost mulai berkurang. Hanya sesekali untuk meng-cross-check bahwa bukan stuntman yang bicara dengannya waktu itu.

Benar-benar pengalaman yang sulit dilupakan. Masih sering tertawa sendiri kalau mengingat kejadian beberapa bulan saja sebelum kami menikah itu.
Sampai sekarang saya nggak pernah tahu bagaimana ceritanya identitas saya bisa nyelip ke saku celana pak (tidak)Arif saat itu :D.



.

Thursday, May 03, 2007

Bantu Ibu



Hari sabtu, hanya bertiga di rumah, ayah pergi mbak Siti pergi. Tapi nggak ada alasan untuk nggak bantu ibu yang lagi keranjingan bikin kukis hias.

Oke, sediakan adonan khusus buat mas Hafizh, berikut loyangnya. Buat dek Haqqi kasih cetakan-cetakan kue yang bunyinya krompyangan.
Aman. Paling-paling ada adegan berebutan dan tuker2an property sesekali. Yang penting jauhkan hasil cetakan ibu dari tangan-tangan mungil itu :).

Bikin kuenya nggak capek, tapi beresin rumah & anak2nya yang capek :D



.

Wednesday, May 02, 2007

Tas Pertama


Haah.. sudah sebesar ini baru punya tas? hehe… nggak ding, maksudnya ini adalah tas mas Hafizh yang pertama kali dibelikan oleh Ibu. Sekolah sudah hampir empat tahun, pakai beberapa tas, tapi semuanya tas gratisan. Ada yang hadiah dari produk, ada yang hadiah ultah dari tante-tantenya. Paling sering adalah tas yang merupakan goodie bag-ultah teman2nya. Mulai dari yang kecil sampai yang besar, dari yang selempangan sampai yang ransel, dari yang bahannya standard dan cepet rusak sampai yang awet berbilang tahun. Semua dipakai oleh mas Hafizh. Souvenir yang bermanfaat sekali ya.

Mas Hafizh itu nggak pernah sekalipun minta dibelikan tas, meskipun dua buah tas yang dipakai bergantian antara sekolah, les (sempoa+melukis) & mengaji saat ini sudah luar biasa bututnya. Masih bagus kok Bu, katanya. Tapi lama-lama Ayah Ibu sedih juga melihatnya. Makanya Ibu sengaja muter-muter sojong mandiri nyari tas ransel. Kalau ditanya mau yang model apa, mas Hafizh bilang; apa aja, tapi gambarnya spiderman atau power ranger.

Sepertinya sifat ‘rada pelit’ ini menular dari Ayah Ibunya deh, hehe… Punya barang kalau nggak rusak banget nggak akan beli baru. Jadi ingat cerita Ayah yang diolok-olok di kantornya, karena cuma punya satu buah sepatu untuk ngantor. Haha... Pokoknya kalau urusan dandanan dan tongkrongan, Ayah Ibu memang juara deh iritnya. Untuk urusan ini Ayah Ibu memang masih teruss berusaha belajar memilah mana keinginan mana kebutuhan. Jadi setiap mau belanja barang baru, pasti nanya dulu ini butuh atau ingin ya. Kalau cuma ingin, ya nunggu aja deh sampai berubah jadi butuh. Jawabannya ini susah karena perlu kejujuran dari hati nurani. Hwaa beraaatt euy!
Tapi lumayanlah hasilnya bisa buat mem-balance kebocoran dibidang lain. :D

Urusan sepatu, sama juga sama urusan tas. Mas Hafizh cuma punya satu, kado dari tante Nining waktu ultah ke-4, berarti baru dua tahun umur sepatunya. Mas belum minta diganti juga. Tapi baru tadi pagi, bagian alas di dalam sepatunya mulai lepas, jadi ibu janji sendiri nanti insyaAllah kalau mau masuk SD ibu belikan yang baru.

Seperti Ayah yang sering gak berhasil nahan belanja di gramedia, atau seperti Ibu yang suka kalap-nggak-jelas di toko bahan kue, mas Hafizh juga punya kelemahan :). Yaitu kalau melihat counter cd edu-game, pasti merengek minta dibelikan, ampuun deh Mas!. Malahan kalau untuk mainan, mas Hafizh termasuk sudah bisa menahan diri. Kadang sudah puas cuma dengan lihat-lihat aja.

Ada satu toko mainan di depok town center yang sudah hapal dengan kunjungan mas Hafizh yang cuma-lihat2-aja itu. Kebetulan Ibu sering ke counter kerudung Rabbani di sebelah toko mainan itu (soalnya ibu kan jadi sub-agennya Rabbani). Nah, mas Hafizh itu betah banget main di toko itu sementara Ibu bertransaksi disebelahnya. Nanti kalau ada mainan yang bagus, ditarik deh tangan Ibu; bagus ya Bu, hmm... tapi mahal. (Hehe... bagi Hafizh kalo label harganya sampai lima digit itu udah mahal banget). Sudah, cuma sampai begitu aja, nggak pernah maksa minta dibelikan.

Tapi kalau udah kepengen banget, gini nih caranya:
+ Bu, punya uang tujuh ribu nggak?
~ punya
+ tujuh ribu itu mahal apa murah?
~ kalau buat beli barang yang kita perlu, ya murah mas
+ hmm…(mikir) kayaknya aku sudah perlu mainan baru deh Bu, itu ada gasing bentuk dinosaurus, cuma tujuh ribu loh Bu, murah ya...
~ (nyengir)