Saturday, October 14, 2006

Pikun


Penyakit pikunku kayaknya tambah parah nih.

Hari ini waktu mau ambil uang di ATM di lobby kantor baru nyadar kalo kartu ATM nggak ada di dompet. Waduh hilang dimana ya?. Otomatis dong telpon ke bank untuk pemblokiran. Padahal kalaupun ditemukan orang lain belum tentu dia bisa pakai, kan nggak tau pin-nya. Sempat terpikir barangkali kartu ATM tertelan kembali oleh mesin karena aku lupa ambil kartunya setelah transaksi kemarin siang. Tapi kenapa aku nggak terpikir ya kalo kartu itu mungkin aja 'diselamatkan' seseorang lalu diserahkan ke resepsionis kantor atau security.

Setelah selesai ambil uang di teller bank yang ular-naga-panjangnya-bukan-kepalang itu, baru terpikir jangan-jangan si kartu disimpan sama mbak Ria, mbak resepsionis yang baik hati. Kartu ATM itu memang nggak mencantumkan namaku alias ATM instant jadi nggak mungkin mbak Ria mengembalikan ke pemiliknya. Ternyata benar sodara-sodara. Setelah interview kayak petugas bank memeriksa kebenaran identitas pemilik kartu, seperti:
'sebutkan nomor kartunya' (nggak lulus, soalnya nggak hapal sama sekali)
'berapa jumlah saldo terakhir' (yang ini cuma dijawab kira-kira aja)
'berapa jumlah uang yang terakhir diambil' (ini bisa kujawab tepat sambil bingung)
baru deh si kartu kembali ke tanganku. Ya ampun, ternyata aku ninggalin kartu plus kertas slip-nya masih nyangkut di mesin ATM, pantesan mbak Ria tau jumlah saldo segala.


Parah nggak sih penyakit pikunku ini. Juga penyakit panikan sampai buru-buru nge-blokir kartu. Akibatnya itu lho, aku HANYA bisa mengaktifkan kembali kartuku dengan datang ke kantor cabang tempat rekening dibuat yaitu di Green garden-Jakarta Barat. Kantor di Gatsu, rumah di Sawangan, berarti aku harus khusus minta izin di jam kerja untuk pergi kesana.


Hiks.



6 previous comments

No comments: