Buu...bibirku berdarah...
Itu kalimat pertama Hafizh waktu aku menjawab telpon darinya siang ini.
Memelas. Menahan tangis.
Rasanya jantungku nyaris berhenti berdetak mendengarnya.
Nanti Ibu lihat ya, trus tiup-tiup bibirku
Ingin rasanya terbang saat itu juga kerumah, memeluknya,
memberi sugesti dengan meniup-niup lukanya seperti biasa.
Tapi aku cuma bisa menghiburnya dengan kata-kata.
Sepertinya itu cukup baginya,
tak lama ia sudah lancar bercerita bagaimana ia terbentur
kepala Fauzan -teman sekelasnya- di sekolah.
Sekarang udah nggak nggak sakit lagi kok Bu.
Begitu katanya sebelum mengakhiri percakapan.
Suaranya sudah tersenyum.
Tapi rasa sakit itu masih tertinggal disini Nak.
Friday, May 12, 2006
rasa sakit itu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment