selamat jalan Benneth...
Ucap saya lirih ketika jasadnya dibawa ke ambulan untuk dibawa ke rumah duka. Benneth yang lucu, yang selalu setia menemani mamanya begadang bikin kue, yang rajin ikut mamanya kursus dan belanja ke toko bahan kue. Maafkan ya, hanya bisa mengantarmu sampai disini. Tapi doa tak berhenti mengiringi. Bukan, bukan doa untuk untuk kamu Ben, saya yakin kamu yang masih suci ini sudah nyaman dan bahagia dalam rengkuhan Pemilikmu. Tapi doa untuk ayah bundamu, yang kesedihannya pasti hanya sepersekian dari kesedihan yang saya rasakan. Semoga sang Maha Rencana, segera menghapus duka mereka, memberi kekuatan dan keikhlasan dalam mengembalikanmu kepada Pemilikmu yang hakiki.
Tapi airmata saya -yang sulit dibendung sejak mendapat kabar tsb- semakin deras ketika ambulan itu beranjak dari halaman RSPP. Genggaman tangan suami saya juga semakin kencang dijemari saya. Menguatkan. Saya tahu saat itu kami memikirkan hal yang sama. Dua titipan yang kami punya di rumah. Rindu tiba-tiba membuncah, ingin segera memeluk mereka, mengatakan betapa kami mencintai mereka. Teriring doa segenap hati agar Allah SWT senantiasa melindungi mereka, agar kami diberi kesempatan lebih lama untuk menjaga mereka dan membesarkan mereka dengan kemampuan sebaik-baiknya penjaga amanah.
amiin Allahumma amiin...
28 maret 2008
ps. berita lengkap bisa lihat disini
semoga hikmah bisa kita petik dari musibah ini
Monday, March 31, 2008
Titipan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Hiks... Masya Allah. Gak kuat aku bacanya mba.
Iya Di, kamu tanya Heru deh,
siang itu aku ndak bisa berhenti nangis di kantor, sampe akhirnya izin pulang langsung ke RSPP :(
Post a Comment