Semenjak jadi konsultan herbalife, saya sering banget bilang: Ask Me How!
Jadi pengen cerita tentang beberapa 'How' yg sering terlontar (diluar
pertanyaan tentang produk, nutrisi dan program² di Herbalife).
Seorang kerabat pernah memprediksi kalo saya dan suami gak akan bertahan lama berada (baca: berbisnis) di Herbalife, mengingat aneka rupa bisnis yang pernah kami tekuni sebelumnya. Dan sekarang beliau kaget sendiri karena kami malah 'nancep' disini. Hehe..
How come? Kok bisa sih, MLM gitu loh?
Ya bisa aja, masa' selamanya 'mencari' terus, kalau sudah 'menemukan' ya fokus aja disitu bukan? ;).
MLM yang tidak benar sistemnya, banyak! Bisnis konvensional yang tidak sesuai hati nurani juga banyak!
MLM atau bukan, semua bisnis harus dipelajari. Ketika kami melihat MLM yang sangat fair marketing plannya, MLM yang punya produk sangat unggul dan memberi banyak manfaat, MLM yang sangat ketat menjaga etika bisnis, MLM yang ternyata bisa dimodifikasi menjadi bisnis konvensional juga. That's it. Kami menemukan! ;)
Pernah juga mendapat cemooh & sindiran dari sahabat dan saudara, saat kami memberikan flyer/info kepada orang² yang kami kenal maupun yang tidak kami kenal.
How do you manage it? Kok bisa cuek gitu sih?
Biarin aja. Itu kan cuma masalah mindset. Kalo yang dikepala kita adalah nyari uang semata, pasti maluuuu banget melakukannya. Tapi kalo kita ubah cara berpikir, bahwa kita berniat membantu sebanyak mungkin orang, atau bisa jadi orang tsb memang sedang mencari jalan menuju sehat dan akan berterimakasih nantinya, maka akan mudah tangan dan mulut kita memberi info sebanyaknya.
Lalu tatapan kasihan karena -dikira- jadi serupa sales, nawar²in dagangan, mengingat latar belakang pekerjaan & pendidikan kami yang -katanyaaa..- gak pantes? wkwkw..
Sampe sekarang masih sering itu mah..
How could you stand it? Kok bisa bertahan ditatap kasihan nan sinis gitu?
Lagi-lagi; yaah biarin ajalah, biasanya juga kalo udah ngliat 'slip gaji' kita, tatapan itu berubah jadi tatapan kagum nan tak percaya, haha..
Pekerjaan lampau kami yang -katanyaaa..- lebih terhormat, belasan tahun Alhamdulillah cukup, tapi mentok aja di angka segitu, naik sih dikit tiap tahun tapi tetep aja kalah sama naiknya kebutuhan. :D
Pekerjaan sekarang, gak pernah tuh ujug² nawarin dagangan, cuma cerita cerita cerita aja hasil produk yang kita alami. Tertarik? hayuuk.. gak tertarik? nanti juga tertarik. :p
Keleluasaan waktu bareng keluarga, gak kebeli.
Dua tahun aja fokus, 10 kali lipat gaji terakhir kami berdua zaman dulu digabung, Alhamdulillah sekarang kami dapat perbulan. Duh, income 9-digit bukan mimpi ternyata!
Semoga diluruskan dari niat takabur apalagi riya'. Maksudnyaa.. kalo udah gitu mah, jadi sales juga gakpapalaah... :))
How could you do it all? Gak malu? Gak gengsi?
Kalo ngomongin malu, tanya aja seluruh dunia betapa pemalunya saya ini. Waktu masih jadi tukang kue pun, saya gak pernah nawar²in hasil produksi saya. Paling top ya mejengin hasil karya di web, kasih harga & no. telpon. Ada yg suka silakan pesan, gak mau ya gapapa. Nggak pernah berpromosi apalagi pasang iklan. Kata suami: gak niat jualan. Hehe.. Gak niat aja Alhamdulillah dulu orderan ngalir ya.
Nah di Herbalife pun begitu, walau ujung²nya jualan, saya tidak merasa seperti jualan. Saya BELUM BISA kalo harus jualan nawarin produk, tapi saya BISA kalo cuma bercerita apa yg saya dan keluarga alami bersama Herbalife. Sudah. Kalo yg dengar tertarik lalu bertanya lebih jauh, terbuka deh pintu rezeki, mari silakan masuk. ;)
Tapi kalo nggak tertarik ya gapapa banget, I have nothing to lose, at all!
Seperti waktu jualan kue juga, saya bikin web aja barangkali ada yang nyangkut disana bisa kita bantu. Lalu saya pasang status facebook, bbm, dll. sebagai pengumuman bahwa saya adalah distributor independen Herbalife.
Dan sampai saat ini, kalo gak 'dicolek' duluan, saya juga gak bakalan mulai 'cerita'. ;)
Untuk bisa sukses di Herbalife, ada banyak hal lain selain sekedar kemampuan jualan.
Tapi tentulah saya harus mau teruuus belajar supaya kelak bisa pinter jualan beneran yaa..
Sampai sekarang, masih ada beberapa pelanggan kue saya dulu yang menghubungi saya untuk memesan kue kembali. Setelah menerima permintaan maaf saya, biasanya pertanyaan selanjutnya adalah,
Kok lama amat istirahat bakingnya?
Masih ngerjain Herbalife?
Nggak sayang sama kemampuan bikin kuenya?
How how how?
Enggak hilang kok kemampuannya [idih kesannya, kemampuan apa siiih..], kan masih dipakai meski tidak dikomersilkan lagi. Malah saya masih pengen suatu saat nanti, kalo udah lebih pintar bagi waktu, punya baking workshop lagi, sekaligus bisa membagi ilmu yang seadanya ini bagi mereka yg membutuhkannya.
Sekarang kebahagiaan mendengar customer kue saya yang puas, tergantikan oleh kepuasan sahabat² baru saya di Herbalife yg juga merasa sangat bersyukur atas perubahan hidup yang mereka alami baik dari sisi kesehatan maupun finansial.
Kalimat ini tetap menjadi semangat saya, sebagai tukang kue maupun sebagai konsultan independen Herbalife:
"Bahagia adalah ketika membuat orang lain bahagia. Materi yang datang menyusul, adalah Bahagia yang berikutnya." ツ
Seorang kerabat pernah memprediksi kalo saya dan suami gak akan bertahan lama berada (baca: berbisnis) di Herbalife, mengingat aneka rupa bisnis yang pernah kami tekuni sebelumnya. Dan sekarang beliau kaget sendiri karena kami malah 'nancep' disini. Hehe..
How come? Kok bisa sih, MLM gitu loh?
Ya bisa aja, masa' selamanya 'mencari' terus, kalau sudah 'menemukan' ya fokus aja disitu bukan? ;).
MLM yang tidak benar sistemnya, banyak! Bisnis konvensional yang tidak sesuai hati nurani juga banyak!
MLM atau bukan, semua bisnis harus dipelajari. Ketika kami melihat MLM yang sangat fair marketing plannya, MLM yang punya produk sangat unggul dan memberi banyak manfaat, MLM yang sangat ketat menjaga etika bisnis, MLM yang ternyata bisa dimodifikasi menjadi bisnis konvensional juga. That's it. Kami menemukan! ;)
Pernah juga mendapat cemooh & sindiran dari sahabat dan saudara, saat kami memberikan flyer/info kepada orang² yang kami kenal maupun yang tidak kami kenal.
How do you manage it? Kok bisa cuek gitu sih?
Biarin aja. Itu kan cuma masalah mindset. Kalo yang dikepala kita adalah nyari uang semata, pasti maluuuu banget melakukannya. Tapi kalo kita ubah cara berpikir, bahwa kita berniat membantu sebanyak mungkin orang, atau bisa jadi orang tsb memang sedang mencari jalan menuju sehat dan akan berterimakasih nantinya, maka akan mudah tangan dan mulut kita memberi info sebanyaknya.
Lalu tatapan kasihan karena -dikira- jadi serupa sales, nawar²in dagangan, mengingat latar belakang pekerjaan & pendidikan kami yang -katanyaaa..- gak pantes? wkwkw..
Sampe sekarang masih sering itu mah..
How could you stand it? Kok bisa bertahan ditatap kasihan nan sinis gitu?
Lagi-lagi; yaah biarin ajalah, biasanya juga kalo udah ngliat 'slip gaji' kita, tatapan itu berubah jadi tatapan kagum nan tak percaya, haha..
Pekerjaan lampau kami yang -katanyaaa..- lebih terhormat, belasan tahun Alhamdulillah cukup, tapi mentok aja di angka segitu, naik sih dikit tiap tahun tapi tetep aja kalah sama naiknya kebutuhan. :D
Pekerjaan sekarang, gak pernah tuh ujug² nawarin dagangan, cuma cerita cerita cerita aja hasil produk yang kita alami. Tertarik? hayuuk.. gak tertarik? nanti juga tertarik. :p
Keleluasaan waktu bareng keluarga, gak kebeli.
Dua tahun aja fokus, 10 kali lipat gaji terakhir kami berdua zaman dulu digabung, Alhamdulillah sekarang kami dapat perbulan. Duh, income 9-digit bukan mimpi ternyata!
Semoga diluruskan dari niat takabur apalagi riya'. Maksudnyaa.. kalo udah gitu mah, jadi sales juga gakpapalaah... :))
How could you do it all? Gak malu? Gak gengsi?
Kalo ngomongin malu, tanya aja seluruh dunia betapa pemalunya saya ini. Waktu masih jadi tukang kue pun, saya gak pernah nawar²in hasil produksi saya. Paling top ya mejengin hasil karya di web, kasih harga & no. telpon. Ada yg suka silakan pesan, gak mau ya gapapa. Nggak pernah berpromosi apalagi pasang iklan. Kata suami: gak niat jualan. Hehe.. Gak niat aja Alhamdulillah dulu orderan ngalir ya.
Nah di Herbalife pun begitu, walau ujung²nya jualan, saya tidak merasa seperti jualan. Saya BELUM BISA kalo harus jualan nawarin produk, tapi saya BISA kalo cuma bercerita apa yg saya dan keluarga alami bersama Herbalife. Sudah. Kalo yg dengar tertarik lalu bertanya lebih jauh, terbuka deh pintu rezeki, mari silakan masuk. ;)
Tapi kalo nggak tertarik ya gapapa banget, I have nothing to lose, at all!
Seperti waktu jualan kue juga, saya bikin web aja barangkali ada yang nyangkut disana bisa kita bantu. Lalu saya pasang status facebook, bbm, dll. sebagai pengumuman bahwa saya adalah distributor independen Herbalife.
Dan sampai saat ini, kalo gak 'dicolek' duluan, saya juga gak bakalan mulai 'cerita'. ;)
Untuk bisa sukses di Herbalife, ada banyak hal lain selain sekedar kemampuan jualan.
Tapi tentulah saya harus mau teruuus belajar supaya kelak bisa pinter jualan beneran yaa..
Sampai sekarang, masih ada beberapa pelanggan kue saya dulu yang menghubungi saya untuk memesan kue kembali. Setelah menerima permintaan maaf saya, biasanya pertanyaan selanjutnya adalah,
Kok lama amat istirahat bakingnya?
Masih ngerjain Herbalife?
Nggak sayang sama kemampuan bikin kuenya?
How how how?
Enggak hilang kok kemampuannya [idih kesannya, kemampuan apa siiih..], kan masih dipakai meski tidak dikomersilkan lagi. Malah saya masih pengen suatu saat nanti, kalo udah lebih pintar bagi waktu, punya baking workshop lagi, sekaligus bisa membagi ilmu yang seadanya ini bagi mereka yg membutuhkannya.
Sekarang kebahagiaan mendengar customer kue saya yang puas, tergantikan oleh kepuasan sahabat² baru saya di Herbalife yg juga merasa sangat bersyukur atas perubahan hidup yang mereka alami baik dari sisi kesehatan maupun finansial.
Kalimat ini tetap menjadi semangat saya, sebagai tukang kue maupun sebagai konsultan independen Herbalife:
"Bahagia adalah ketika membuat orang lain bahagia. Materi yang datang menyusul, adalah Bahagia yang berikutnya." ツ
Ratih Oktrisari Yunaryo
International Millionaire Team Member
No comments:
Post a Comment