Children of jannah adalah nama dari taman pendidikan alQuran (TPA) yang ada di masjid sektor kami. Namanya bagus sekali. TPA ini berdiri sekitar setahun yang lalu, tapi diberi nama seindah ini baru beberapa bulan terakhir, bersamaan dengan perombakan ‘kurikulum' TPA. Sejak itu pula mulai berlaku system raport per semester. Buku rapotnya persis seperti rapot anak sekolah. Isinya tentang
penilaian santri selama semester itu meliputi penilaian prestasi mengaji, bacaan sholat, doa-doa, surat-surat pendek juga akhlak sehari-hari. Ada ujian juga disetiap akhir semester.
Buat kami hal ini sungguh luar biasa. TPA yang iuran bulanannya juga ‘cuma' dua puluh ribu, tapi pengelolaannya benar-benar serius.
Perkenalan Hafizh dengan mengaji
Hafizh mulai belajar mengaji (di usia 4 tahun) lewat seorang ustad yang datang ke salah satu rumah di sektor kami. Belajarnya rame-rame, kira-kira ada lima orang anak. Dalam perkembangannya, kami memutuskan untuk meminta rekomendasi guru baru dari
pak ustad untuk mengajar hafizh secara privat. Di tangan Bunda Sari (Hafizh memanggil semua gurunya dengan Bunda) perkembangan mengaji hafizh sangat pesat. Ketika sampai Iqro-4, timbul masalah baru yang sebenarnya masalah pribadi pak ustad dengan bunda Sari. Masalah itu membuat bunda Sari ‘mundur' dan ‘mengembalikan' Hafizh ke pak ustad. Kami agak kecewa saat itu, dan memutuskan untuk tidak ‘kembali' ke pak ustad. Kira-kira 5 bulan Hafizh nggak belajar mengaji. Bunda Sari masih juga merasa nggak enak kalau harus kembali mengajar hafizh (padahal beliau juga mengajar beberapa anak tetangga kami yang lain).
Saat itulah pengurus masjid mendirikan TPA, kira-kira akhir tahun 2005. Maka bergabunglah Hafizh kesana. Tapi selama setengah tahun belajar masih juga dia di Iqro-4, kayaknya Hafizh tuh kebanyakan mainnya di masjid, hehe... Akhirnya kami kembali ‘merayu' bunda Sari. Alhamdulillah beliau akhirnya bersedia mengajar hafizh lagi. Sampai sekarang, sambil privat, Hafizh juga terus mengaji di TPA karena dia juga enjoy belajar bareng teman-temannya di masjid setiap sore, kecuali wikend & senin (karena ada karate). Sekarang dengan bunda Sari Hafizh di Iqro-6 sementara di TPA (dengan kurikulum barunya itu) sudah
Iqro-5.
Alhamdulillah juga Hafizh selalu senang belajar, baik di tempat les (sempoa, melukis & karate), di TPA maupun di rumah (untuk mengaji). Setiap hari selalu bersemangat
untuk melakukan kegiatan sorenya itu.
Saat ini kegiatan TPA juga makin beragam. Setiap jumat setelah selesai mengaji adalah acara mewarnai. Biasanya sudah disiapkan gambar masjid atau huruf2 hijaiyah untuk diwarnai. Kadang santri-santri diajak belajar diluar, cuma jalan-jalan aja keliling komplek sambil gurunya mengajarkan banyak hal yang berhubungan dengan alam sekitar. Penanaman pesan-pesan moral kelihatannya lebih mantap dengan cara-cara seperti ini. Jelas Hafizh makin senang belajar
disini. Sekarang setiap pergi mengaji Hafizh selalu minta memakai baju muslim dan celana panjang. Katanya malu kalo ke masjid pake kaos biasa dan celana sedengkul :). Padahal biasanya sebelum ke TPA, Hafizh les dulu di rumah belajar Seruni. Jadi pulang les Hafizh nggak lagi langsung lari ke TPA, tapi mampir dulu ke rumah ganti kaosnya dengan kemeja atau baju koko, baru kabur ke masjid untuk mengaji.
Kak Hari
Ada seorang guru mengaji di TPA yang cukup dihormati oleh Hafizh. Hafizh memanggilnya Kak Hari. Kak Hari
adalah adik seorang warga di komplek kami. Usianya masih sangat muda, tapi memiliki dedikasi yang sangat tinggi dalam mengajar. Seperti halnya seorang guru sejati, dia sangat peduli dengan perkembangan murid-muridnya. Kadang dengan sengaja mampir kerumah mencari Hafizh untuk sekedar menanyakan kabar (terutama kalau Hafizh habis ‘bolos' mengaji). Kadang juga mencari orang tua murid untuk meminta persetujuan tentang suatu
kegiatan TPA.
Semua membuat saya menilai bahwa TPA children of jannah adalah dunianya. Waktu itu dengan bersemangat dia menyampaikan nama baru TPA ke rumah murid-muridnya. Saya
curiga, dialah yang mencetuskan nama indah itu :).
Kak Hari ini memiliki keterbatasan. Matanya tidak bisa lagi melihat dengan jelas. Kalau mengaji, ia harus mengangkat mushaf-nya hingga kira-kira hanya 5 cm dari bola matanya agar
bisa melihat. Bayangkan saat ia harus memeriksa kertas-kertas ujian murid-muridnya.
Tapi dibalik keterbatasannya, ia juga dikaruniai kelebihan selain pendengarannya yang tajam dan mampu mengenal orang lain hanya lewat suaranya. Yaitu saat ia mengaji dan
mengumandangkan azan, Subhanallah, suaranya indaaaah sekali. Allah memang maha
adil. Semoga mas Hafizh lekas lulus iqro-nya, dan kelak juga bisa mengaji seindah kak Hari. amiin. :)
6 previous comments