Bungsuku yang imut, sekarang sudah lima-setengah tahun usianya, masih duduk di TK-B. Melihat tingkah lakunya yg masih 'bayi' itu, kok rasanya gak tega ngebayangin dia masuk SD ya? :))
Seperti mas Hafizh dulu, ibunya gak pernah mengajarkan baca-tulis-hitung dengan serius, apalagi dibawa ke tempat les. Sambil lalu aja dibawa bermain, sekolahnya pun mengajarnya 'santai' begitu meskipun disediakan juga ekskul baca-tulis-hitung bagi orang-tua yang ingin anaknya 'cepat pintar'.
Haqqi gak ikut ekskul, bukan ibunya gak pengen anaknya cepat pintar, tapi udah yakin kalo anaknya memang pintar, hehe... maksudnya anak-anak mah pasti juga bisa sendiri tanpa harus belajar terlalu serius. Bermain sajalah nak, sepuasmu! :)
Dengan sambil lalu aja Haqqi udah lancar baca tulis sejak mulai masuk TK-B. Belakangan ini berhitung secara logika juga udah lancar sampai angka 30-an.
Sekarang hobinya menulis, menggambar, mencatat penjumlahan, lalu menempel semua hasil karyanya itu di dinding, sampai salah satu dinding (yg dizinkan ibu :D) penuh. Dia sendiri yang menempelkannya pakai selotip dengan memanjat kursi, dan melarang keras siapapun mencopotnya. :))
Ibunya suka ketawa sendiri baca tulisan-tulisannya itu. Isinya berbeda-beda pada setiap kertasnya, kebanyakan berupa daftar benda atau kegiatan. Ada daftar alat-alat dapur, ada nama-nama mainan, ada juga daftar menu makanan. Lucunya, semua kertas pasti dilengkapi dengan nama hari dan tanggal dia membuatnya. :)
Seperti mas Hafizh dulu, ibunya gak pernah mengajarkan baca-tulis-hitung dengan serius, apalagi dibawa ke tempat les. Sambil lalu aja dibawa bermain, sekolahnya pun mengajarnya 'santai' begitu meskipun disediakan juga ekskul baca-tulis-hitung bagi orang-tua yang ingin anaknya 'cepat pintar'.
Haqqi gak ikut ekskul, bukan ibunya gak pengen anaknya cepat pintar, tapi udah yakin kalo anaknya memang pintar, hehe... maksudnya anak-anak mah pasti juga bisa sendiri tanpa harus belajar terlalu serius. Bermain sajalah nak, sepuasmu! :)
Dengan sambil lalu aja Haqqi udah lancar baca tulis sejak mulai masuk TK-B. Belakangan ini berhitung secara logika juga udah lancar sampai angka 30-an.
Sekarang hobinya menulis, menggambar, mencatat penjumlahan, lalu menempel semua hasil karyanya itu di dinding, sampai salah satu dinding (yg dizinkan ibu :D) penuh. Dia sendiri yang menempelkannya pakai selotip dengan memanjat kursi, dan melarang keras siapapun mencopotnya. :))
Ibunya suka ketawa sendiri baca tulisan-tulisannya itu. Isinya berbeda-beda pada setiap kertasnya, kebanyakan berupa daftar benda atau kegiatan. Ada daftar alat-alat dapur, ada nama-nama mainan, ada juga daftar menu makanan. Lucunya, semua kertas pasti dilengkapi dengan nama hari dan tanggal dia membuatnya. :)
Tanggal 26 November lalu, Haqqi juga sudah mulai di-observasi oleh calon SD-nya untuk menilai kesiapan calon siswa. Tidak melewati proses panjang pencarian sekolah seperti waktu mencari SD buat mas Hafizh, sekarang sudah tinggal setor booking-fee aja ke Lazuardi, hehe..
Karena Lazuardi adalah sekolah inklusif (bukan eksklusif, yg menerima murid berdasarkan tingkat kemampuan akademis tertentu), jadi tidak ada tes baca-tulis-hitung, semua diterima berdasarkan first in first serve. Begitu Lazuadi buka pendaftaran, Haqqi langsung daftar, makanya di-observasinya juga duluan.
Sama seperti observasi mas Hafizh dulu, ibunya juga kesulitan mengintip, padahal pengen tau deh gimana Haqqi -yang masih 'bayi'- itu menjawab setiap pertanyaan. Hampir satu jam prosesnya, Haqqi berpindah dari satu meja ke meja lainnya dan ibunya cuma bolak-balik ngintip dari kaca di pintu. :D
Setelah selesai, dinyatakan siap masuk SD, langsung ukur seragam. Alhamdulillah! Haqqi bilang: aku sekarang mau deh masuk kelas satu. Sebelumnya dong bilangnya mau TK aja. :))
Karena Lazuardi adalah sekolah inklusif (bukan eksklusif, yg menerima murid berdasarkan tingkat kemampuan akademis tertentu), jadi tidak ada tes baca-tulis-hitung, semua diterima berdasarkan first in first serve. Begitu Lazuadi buka pendaftaran, Haqqi langsung daftar, makanya di-observasinya juga duluan.
Sama seperti observasi mas Hafizh dulu, ibunya juga kesulitan mengintip, padahal pengen tau deh gimana Haqqi -yang masih 'bayi'- itu menjawab setiap pertanyaan. Hampir satu jam prosesnya, Haqqi berpindah dari satu meja ke meja lainnya dan ibunya cuma bolak-balik ngintip dari kaca di pintu. :D
Setelah selesai, dinyatakan siap masuk SD, langsung ukur seragam. Alhamdulillah! Haqqi bilang: aku sekarang mau deh masuk kelas satu. Sebelumnya dong bilangnya mau TK aja. :))
Sekarang ini insyaAllah masih ada setengah tahun, buat ibunya untuk menikmati masa-masa punya anak TK. Aihh...
3 comments:
Blognya inspiratif Jeng Ratih, jadi ingat belasan tahun lalu saat jagoan2 kami masuk SD. Salam
belasan tahun? wow.. kalau begitu boleh ya saya berguru pada bu Prih.. :)
Terimakasih sudah berkunjung yaa..
Beda era Jeng Ratih, pola asuh jadul yang tentunya berbeda dengan putra2 sekarang. Suka sekali dengan metamorfose jeng Ratih dari pegawai ke pengusaha (baik bakery maupun healthy productnya) Salam
Post a Comment