Thursday, March 29, 2007

Bagai Manusia?


Benar nggak sih tumbuh2an itu punya perasaan kayak manusia? Memang sih tumbuh2an kalau dirawat dengan penuh kasih sayang, dia akan tumbuh subur dan indah. Tapi maksud saya, apakah mereka juga mengerti kalau diajak bicara? punya perasaan sedih, marah atau bahagia?

Pernah baca di salah satu novelnya Sidney Sheldon (lupa yg mana), bahwa ada suatu penelitian tentang hal ini. Cara menelitinya dengan menempelkan suatu alat yg dihubungkan dengan pencatat grafik pada tubuh suatu tumbuhan. Ketika si tumbuhan diajak bicara dengan manis & dipuji-puji, si grafik bergerak perlahan dengan stabil. Selang beberapa waktu, diuji kembali dengan memaki-maki dan mencela si tumbuhan. Ajaib, grafik pun bereaksi keras, garis2 pencatatnya berubah dengan kontras selama proses pengujian berlangsung. Masalahnya, saya nggak tahu apakah om Sheldon ini berimajinasi atau memang pernah ada penelitian seperti itu.

Ibu kost saya dulu melarang keras anak2 kost-nya memetik buah belimbing
yang masih muda di depan rumah, apalagi untuk dirujak. Alasannya? nanti buah-buah berikutnya jadi asam. Nggak masuk akal ya, gimana anak2
kost-nya yang bandel ini mau menurut. Ngrujak belimbing diam-diam itu
enak loh :). Tapi bertahun-tahun kami disana, memang belum pernah buah belimbing itu jadi manis. Apa itu gara2 sering dipetik muda dan dirujak?

Pohon mangga di depan rumah ibu saya di Lampung adalah pohon berbuah lebat yang pernah saya kenal. Sejak pertama kali berbuah lebih dari 10 tahun yg lalu, selalu membuat banyak orang senang. Setiap musim mangga, semua tetangga dekat kebagian buahnya yang memang banyaak sekali. Kalau ada orang lewat yang gak tahan meminta buahnya dipersilahkan oleh ibu saya untuk memanjat sendiri pohonnya. Pernah satu dahannya roboh ke jalan raya karena terlalu banyak buah yang bergantungan.

Hampir setiap musim mangga juga ibu saya mendapat tawaran dari pedagang buah untuk menjual buah mangga secara borongan. Semua tawaran itu selalu ditolak. Sampai dua musim mangga yang lalu, Ibu saya mulai tergoda tawaran itu. Bukan karena uangnya, tapi karena Ibu saya mulai bingung cara mengunduh si buah mangga secara anak-anaknya sudah beredar kemana-mana, gak ada yang disuruh manjat :). Dengan syarat semua tetangga sudah kebagian mangga, maka dipetiklah semua buah mangga yang manis itu oleh si pedagang mangga.

Masalah selesai, tapi lihatlah pada musim mangga berikutnya (iya pas puasa tahun lalu). Pohon mangga tercinta mogok berbuah. Asli nggak satu pun buahnya nongol. Aneh rasanya tahun itu nggak dapet kiriman mangga dari Lampung. Apa pohon mangga itu tersinggung karena kemarin buahnya dijual?

Sekarang, ada sebatang pohon mangga juga di depan rumah saya. Bibitnya dibawa langsung dari pasuruan, titipan dari kakak saya yang waktu itu tinggal disana. Tiga tahun yang lalu waktu baru ditanam, tingginya hanya sekitar 75cm dengan daun yang hanya beberapa helai saja. Sekarang tingginya sudah kira-kira 3m, rindang daunnya dan sudah bisa dipanjat sama mas Hafizh.

Beberapa bulan yang lalu kakak perempuan saya -si pengirim bibit- datang ke Sawangan. Dia heran sekali melihat buah mangga saya ini, meskipun tumbuh sehat tapi belum juga berbuah. Padahal teman2 seangkatannya semua sudah berbuah lebat di usia 2 tahun. FYI, kakak saya ini menyebarkan bibit mangga ke semua saudara2nya di penjuru nusantara :p. Cuma di rumah saya si mangga ini belum berbuah. Padahal buahnya sangat manis, mangga madu asli pasuruan.

Dua hari di rumah saya, kakak saya itu bertindak. Sambil membuat luka di batang pohon mangga sampai getahnya keluar dia asyik ngobrol dengan si pohon, kira2 gini: Ayo dong kamu berbuah, jangan malas, tahun depan kalau saya kesini lagi kamu harus sudah berbuah yaa...

Aneh nggak sih? Saya dari balik jendela cuma cekikikan melihatnya. Kalau soal membuat luka di batang pohon saya sedikit mengerti karena memang pernah diajari oleh insinyur pertanian dari Lampung :p (hei.. saya punya 2 kakak & 2 ipar insinyur pertanian loh, pohon mangga ibu saya tadi sering disuntik juga kalau 'sakit'). Tapi teori bicara pada pohon yang baru saya tau dari om Sheldon, ternyata juga dipraktekkan disini.

Believe it or not, sebulan setelah kakak saya kembali ke negeri asalnya :p, pohon mangga saya berbunga pada satu dahannya. Kebetulan?
Sayang bunga2 itu rontok waktu hujan lebat mengguyur. Tapi sejak saat itu si pohon mangga terus berbunga walau hanya di satu dua pucuk dahan lalu rontok kembali saat hujan. Sekarang, musim mangga sudah jauh berlalu, tiba2 pohon mangga saya berbunga banyak sekali. Dihitung ada sepuluh pucuk dahan yang berbunga. Semoga kali ini sebagian bunga2 itu bisa bertahan di dahannya.

Diam-diam saya jadi sering bicara pada bunga di pucuk dahan terendah: ayo kamu kuat ya, jangan rontok lagi... Haha...



8 previous comments

1 comment:

Ratih said...

Novel Shidney Sheldon yg ada cerita penelitian tanaman itu judulnya; The Dooms Day Conspiracy