Tuesday, November 11, 2008

Lolos

Memangnya setelah lampu merah Al-Azhar menuju blokM itu masih wilayah tri-in-wan ya?. Sungguh kami berdua nggak tau. Pantas saja semalam mobil kami distop sama pak polisi.

Polisi : bla..bla..bla
Suami : ya sudah ditilang aja pak
Polisi : kalau ditilang nanti dendanya 125ribu pak
Suami : iya nggak papa, saya mau buru-buru shalat maghrib nih pak

Pak polisi pergi membawa SIM suami saya dan bergaya seperti mau membuat surat tilang, tapi suami saya juga nggak turun dari mobil. Lalu pak polisi tadi kembali lagi ke sisi mobil kami.

Polisi : dendanya bisa dititip aja disini
Suami : nanti biar saya bayar di ATM aja pak
Polisi : sudah titip disini aja ya, berapa aja deh (dengan nada gak tau malu, malu? bahasa apa tuh? :p)
Suami : aduh pak, saya benar-benar mau ngejar magrib (nggak bohong, maghrib bentar
lagi abis)

Polisi : jadi nggak mau nitip denda disini? bla..bla..bla (intinya tetep minta uang damai, huh)

Saya terus-menerus menyikut tangan suami saya, memberi kode supaya jangan mau disuruh nyuap. Yang nyuap sama yang disuap dosanya sama. Rugi!.

Suami : terserah bapak deh, saya mau shalat magrib nih (terserah tapi diam aja nggak
ngasih uang, hihi..)

Polisi : ya sudah jalan aja pak (dengan nada kesal, sambil ngasih SIM suami kembali)
Suami : oke makasih pak!

Huahaha.. baru jalan berapa meter kami nggak tahan lagi melepas tawa. Sungguh, polisi yang lucu. Apa karena kata 'shalat maghrib' yang benar-benar ditekankan oleh suami saya itu yang membuatnya menyerah melepaskan kami begitu saja?. Wallahualam.
Yang jelas kejadian itu benar-benar berkesan dan mewarnai perjalanan kami menembus macetnya Jakarta malam itu.

Polisi oh polisi. Prihatin saya pak..

2 comments:

Anonymous said...

pulisi cinta damai... :D

Ratih said...

hwahahaha.. cinta damai ya, peace pak pulisi! :))