Gempa di Taiwan yang jauh disana ternyata efeknya sampai juga kesini. Seminggu nggak bisa konek internet yang jauhan dikit. Dari rumah apalagi, biasanya pake telkomnet memang sudah lemot, jadi makin lemot aja. Dari kantor nyaris nggak mungkin buka internet. Hectic banget. Biasalah departemenku kalau year-end makin sibuk, kejar-kejaran terus sama bank dan laporan-laporan. Sekarang baru lega sedikit. Jadi pengen nulis lagi di blog :).
Awalnya muncul bintil keciiil banget berisi air di punggung dek Haqqi. Setelah pecah, kulitnya seperti gosong dan terus melebar sampai kira2 diameter 1 cm. Jadi persis seperti sundutan rokok. Kelihatannya kering dan seperti akan segera mengelupas, jadi masih tenang-tenang aja. Waktu muncul bintil kedua di dada, baru deh mulai was-was. Tapi nggak ada gejala lain seperti demam ataui rewel. Jangan2 nggak boleh mandi, ya udah coba jangan mandi dulu. Dasar Ibu sok tahu. Nggak mandi sehari malah muncul dua bintil baru disekitar 'luka' yang dipunggung. Waduh, oke deh besok ke dokter. Tapi sebelum ke dokter tanya dulu sama om gugel yang baik hati (waktu itu taiwan belum kena gempa). Sama om gugel dikirim ke web sehatgroup juga. Baru tahu deh sama yang namanya cacar monyet ala Indonesia. Ternyata penyebabnya adalah bakteri. Beda sama cacar air yang disebabkan virus. Cacar monyet ini hanya menyerang kulit lapisan luar. Nggak ada gejala demam seperti cacar air. Penularannya pun tidak lewat udara seperti cacar air, tapi lewat kontak kulit.
Hanya dalam beberapa hari, semua luka mengelupas, bintil yang baru pecah juga nggak sempat melebar lagi langsung mengering. Alhamdulillah.
Dek Haqqi... baru enam bulan, udah banyak ngasih ilmu baru buat Ibu, makasih ya Nak :).
4 previous comments
No comments:
Post a Comment