Friday, February 09, 2007

Sore Itu


sore itu, hujan gerimis menyiram rata kota Jakarta. Seorang anak muda berpenampilan lusuh menyibak tenda posko yang penuh dengan relawan yang sedang
membongkar-muat barang untuk disumbangkan.

"kalau mau ngasih sumbangan kemana ya?" tanyanya malu-malu, sambil membuka topinya
yang basah.
"benar disini," seorang relawan bangkit menyambut "dimana barangnya?"
"ini" katanya sambil menunjuk tas yang diselempangkan di pundaknya.

Mas relawan menyiapkan tanda terima. Anak muda itu membongkar isi tasnya. Saya melirik sekilas. Tampak beberapa tshirt dan sepotong celana jins, tidak baru, namun semuanya tampak bersih terlipat.

"maaf, cuma bisa nyumbang ini" ucapnya lirih.
Mas relawan tersenyum, "yang penting ikhlas ya Dik".
"saya cuma punya ini Mas, masih bagus kok, semoga bisa berguna ya"
Mas relawan mengangguk sambil menepuk-nepuk pundak si anak muda tadi, "pasti...pasti, terima kasih banyak Dik".

Saya jadi menoleh dan ikut mengucapkan terima kasih. Wajah anak muda itu sangat sumringah. Saya tahu, pasti ada rasa bahagia karena sudah bisa berbagi.

Saya terenyuh, juga malu.

Mungkin sumbangannya kelihatan sedikit, tapi bisa jadi itu adalah harta termahalnya. Sumbangan satu juta rupiah dari seorang pesohor sehari sebelumnya, mungkin sebenarnya sangat kecil mengingat penghasilan si pesohor bisa berpuluh-ratus kali lipat dari satu juta rupiah (itu saja masih dengan syarat harus diliput, arrgh...!).

Tahukah kamu dik, barangkali sumbanganmu ini amat sangat bernilai di mata Allah. Karena meski dalam ketiadaan, kamu masih berusaha memberikan yang terbaik yang kamu punya, untuk saudaramu yang sedang kesulitan.

Sore itu, saat gerimis menyiram rata kota jakarta, ada pelajaran yang sangat indah diantarkan dihadapan saya, tentang versi lain sebuah cinta.


8 previous comments

No comments: